Bawaslu-ads
KABAR OPINI

Pelecehan Anak Berulang, Kapitalisme Menggerus Fitrah Ibu

584
×

Pelecehan Anak Berulang, Kapitalisme Menggerus Fitrah Ibu

Sebarkan artikel ini

KABAR LUWUK – Pelecehan Anak Berulang, Kapitalisme Menggerus Fitrah Ibu. Lagi, kasus pencabulan anak oleh Ibu kandung terulang. Sebelumnya, viral di media sosial seorang ibu muda berinisial R (22) di Tangerang Selatan, dilaporkan melecehkan anak kandungnya sendiri yang berusia 4 tahun. K

Kasus yang sama kembali terjadi di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, seorang Ibu berinisial AK (26), tega mencabuli putra kandungnya yang masih berusia 10 tahun. (detik.com, 09-06-24)

Dari dua kasus ini, kembali kita bertanya-tanya, mengapa bisa kasus pelecehan ini dilakukan oleh Ibu kandung yang seharusnya menjadi tempat teraman dan ternyaman sang anak?

Berdasarkan hasil penyelidikan Polisi, kasus ini bermula dari pengguna akun facebook berinisial IS, yang menawarkan sejumlah uang kepada para pelaku, dengan syarat mau mencabuli anaknya sendiri lalu merekamnya. (detik.com, 09-06-24)

Terdorong himpitan ekonomi, menjadikan alasan dua orang ibu tega mencabuli anaknya sendiri. 

Hal ini tentu saja tidak hanya dilihat dari fakta kasus tersebut, tetapi ada banyak hal yang kemudian menjadi faktor pendorong kasus-kasus serupa di atas. 

Peristiwa ini mencerminkan gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak individu berkepribadian Islam dan siap mengemban Amanah  sebagai seorang Ibu.

Di sisi lain juga menunjukkan lemahnya negara dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat, sehingga membuat ibu tergoda melakukan maksiat demi sejumlah uang. 

Kebutuhan hidup yang semakin mahal dan sulit dijangkau ditengah-tengah himpitan ekonomi keluarga, bisa membuat seseorang menjadi hilang akal, terutama dalam sistem kapitalis-sekulerisme ini, yang memisahkan antara kehidupan dan agama. 

Pendidikan keluarga yg berbasis Sekulerisme membuat ibu kehilangan fitrah. Uang menjadi pilihan saat kesejahteraan tidak menjadi prioritas Negara. 

Di sistem saat ini, tidak hanya fitrah Ibu yang terganggu, tetapi fitrah ayah sebagai qowwam dan pencari nafkah pun terganggu. 

Banyak Ayah yang terpaksa meninggalkan anak istri untuk mencari nafkah di luar kota/negeri, atau para ayah yang terpaksa menganggur dan kerja serabutan demi menghidupi keluarga karena ancaman PHK serta sulitnya mendapatkan pekerjaan yang layak di sistem kapitalis saat ini. 

Alhasil, para Ibu yang seharusnya fokus terhadap tugas utamanya sebagai Ummun wa robbatul baits, kini telah bergeser menjadi tulang punggung keluarga, turut menanggung beban nafkah.

Inilah potret wajah kapitalisme, rakyat dibiarkan mengurusi urusannya sendiri, kaya akan sumber daya alam nyatanya tidak mampu mensejahterakan masyarakat. 

Kolusi dan korupsi adalah keniscayaan di Negeri ini. Maka tidak heran jika rakyatnya banyak memilih jalan pintas dengan alasan ekonomi. 

Karena banyak dari para pemangku kekuasaan tidak memberikan hak rakyat. Hak kesehatan gratis, hak pendidikan yang mudah diakses dari kalangan manapun miskin atau kaya, hak sandang pangan papan yang terjangkau, bukan semuanya serba mahal dan serba dikapitalisasi.

Hal ini sangat berbeda dengan Sistem yang dimiliki Islam. Bukan hanya sebagai agama spiritual semata, islam memiliki seperangkat aturan yang mengatur manusia dalam seluruh aspek kehidupannya tanpa terkecuali. 

Dalam Islam, Negara memiliki tanggung jawab yang besar terhadap kesejahteraan rakyatnya. 

Negara wajib memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya seperti kesehatan gratis, pendidikan yang terjangkau, pangan  murah, yang semua itu diperoleh Negara salah satunya dari mengelola sendiri sumber daya alamnya, bukan memberikan kepada individu atau swasta untuk mengelolanya seperti saat ini. 

Selain itu, sistem ekonomi Islam juga mampu memberikan Jaminan kesejahteraan bagi para pencari nafkah.

Islam juga memiliki sistem Pendidikan yang handal dalam menyiapkan manusia berperan sesuai dengan fitrahnya.  

Pendidikan dalam keluarga pun dilandaskan kepada ketakwaan individu terhadap Allah Swt. Dan semua ini hanya dapat dirasakan jika Negara mau menerapkan sistem Islam secara menyeluruh. (*)

Oleh: Fitriawati Ahsan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!