KABAR OPINI

Batabuik di Pariaman: Tradisi Spektakuler Penarik Ribuan Wisatawan

431
×

Batabuik di Pariaman: Tradisi Spektakuler Penarik Ribuan Wisatawan

Sebarkan artikel ini

Penulis : Serly oktavia
Nim : 2310742022

KABAR LUWUK – Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan tradisi dan budaya lokal yang beragam. Salah satu tradisi unik yang berasal dari Sumatra Barat adalah Batabuik, sebuah pertunjukan budaya spektakuler yang setiap tahunnya digelar di kota Pariaman. Tradisi ini bukan hanya menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat setempat, tetapi juga menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara.

Batabuik, atau Tabuik, merupakan puncak dari serangkaian perayaan dalam memperingati Asyura, hari kesepuluh bulan Muharram dalam kalender Islam, yang menandai wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, Imam Husein di Padang Karbala. Tradisi ini membawa unsur sejarah, keagamaan, dan budaya yang berbaur menjadi satu dalam sebuah perayaan yang penuh makna.

Sejarah dan Asal Usul Batabuik

Tradisi Batabuik pertama kali diperkenalkan oleh orang-orang keturunan India dari wilayah Benggala (sekarang Bangladesh dan India Timur) yang datang ke Pariaman sekitar abad ke-19. Mereka adalah para pedagang dan pekerja yang membawa serta budaya Syiah, salah satunya adalah peringatan Muharram.

Kata “tabuik” sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu tabut, yang berarti peti. Dalam konteks Batabuik, tabuik adalah replika kuda bersayap dengan bentuk megah dan tinggi mencapai 12 meter, dihiasi dengan ornamen warna-warni dan simbol-simbol mistis. Kuda tersebut dipercaya membawa ruh Imam Husein ke surga.

Walaupun akarnya berasal dari ajaran Syiah, masyarakat Pariaman yang mayoritas Sunni tetap melestarikan tradisi ini karena telah melebur menjadi bagian dari budaya lokal, lebih bersifat seremonial dan estetis daripada religius.

Rangkaian Acara Batabuik

Perayaan Batabuik bukanlah sebuah acara satu hari, melainkan terdiri dari serangkaian kegiatan selama sepuluh hari pertama bulan Muharram. Berikut adalah beberapa tahapan penting dalam rangkaian perayaan Batabuik:

  1. Maambiak Tanah (Mengambil Tanah)

Kegiatan ini menandai dimulainya prosesi Batabuik. Maambiak tanah dilakukan dengan mengambil tanah dari dasar sungai menggunakan tempurung kelapa. Tanah ini nantinya akan disimpan di dalam wadah khusus dan dianggap sakral sebagai simbol pembuatan tabuik.

  1. Manggurek dan Makan Bajamba

Prosesi ini dilakukan oleh para ninik mamak dan tokoh adat. Mereka mengadakan makan bersama (bajamba) sebagai bentuk kebersamaan dan syukuran. Diiringi dengan doa-doa serta musik tradisional seperti gandang tasa, suasana menjadi semarak dan penuh semangat.

  1. Manabang Batang Pisang

Pada tahap ini, batang pisang akan ditebang dan digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan tabuik. Dalam tradisi ini, batang pisang melambangkan tubuh manusia yang telah gugur di medan perang Karbala.

  1. Pembuatan Tabuik

Proses pembuatan tabuik dilakukan oleh dua kelompok masyarakat: Tabuik Pasa (dari daerah pasar) dan Tabuik Subarang (dari seberang sungai). Keduanya akan bersaing secara sehat dalam membuat tabuik yang paling megah. Tabuik dibuat dengan kerangka bambu, dihiasi kertas warna-warni, serta dilengkapi ornamen kuda bersayap dan kepala raksasa.

  1. Hoyak Tabuik

Inilah puncak acara Batabuik yang paling ditunggu-tunggu. Ribuan orang berkumpul untuk menyaksikan dua tabuik diarak keliling kota dengan iringan musik gandang tasa yang menghentak. Tabuik dihoyak atau diangkat dan digoyang-goyangkan oleh puluhan orang, menandakan semangat perjuangan.

Setelah diarak ke berbagai penjuru kota, kedua tabuik akhirnya dibawa ke Pantai Gandoriah. Di sinilah klimaks acara terjadi: tabuik dibuang ke laut sebagai simbol pelepasan roh suci ke alam baka.

Nilai Budaya dan Sosial

Tradisi Batabuik menyimpan banyak nilai yang dapat dipetik oleh masyarakat. Pertama, nilai kebersamaan dan gotong royong sangat terasa dalam setiap prosesnya. Warga bekerja sama tanpa pamrih dalam membangun tabuik, memasak makanan untuk bajamba, hingga mengatur jalannya arak-arakan.

Kedua, terdapat nilai penghormatan terhadap sejarah dan perjuangan. Meskipun kisah Karbala berasal dari wilayah Timur Tengah, semangat keberanian dan pengorbanan Imam Husein tetap dihargai dan dimaknai secara lokal.

Ketiga, tradisi ini memperkuat identitas budaya Pariaman. Batabuik bukan sekadar pertunjukan, melainkan ekspresi jati diri masyarakat yang terus diwariskan dari generasi ke generasi.

Daya Tarik Wisata

Batabuik telah menjadi salah satu event budaya terbesar di Sumatra Barat. Setiap tahunnya, ribuan wisatawan domestik maupun mancanegara datang ke Pariaman untuk menyaksikan kemegahan Batabuik. Pemerintah daerah pun telah menjadikan acara ini sebagai salah satu agenda dalam kalender pariwisata nasional.

Wisatawan dapat menikmati keindahan arsitektur tabuik, semarak musik tradisional, serta mencicipi aneka kuliner khas Pariaman seperti sate lokan, gulai kapalo lauak, dan nasi sala. Selain itu, Pantai Gandoriah yang menjadi tempat puncak acara juga menawarkan panorama laut yang memikat.

Pelestarian dan Tantangan

Meski tetap eksis, tradisi Batabuik tidak luput dari tantangan. Modernisasi, perubahan gaya hidup, serta kurangnya minat generasi muda menjadi kekhawatiran tersendiri. Selain itu, biaya besar dalam pembuatan tabuik juga sering menjadi kendala.

Namun, berbagai upaya pelestarian terus dilakukan. Pemerintah daerah bekerja sama dengan komunitas budaya untuk memberikan pelatihan, dukungan dana, dan promosi. Sekolah-sekolah juga mulai memasukkan materi Batabuik dalam pelajaran muatan lokal untuk menumbuhkan kecintaan pada budaya sendiri.

Penutup

Batabuik di Pariaman adalah sebuah warisan budaya yang kaya akan makna, simbolisme, dan nilai-nilai luhur. Ia bukan hanya representasi dari peringatan peristiwa sejarah jauh di Karbala, tetapi juga manifestasi dari semangat kolektivitas dan identitas masyarakat Pariaman.

Sebagai tradisi yang unik dan spektakuler, Batabuik layak mendapat perhatian lebih dari masyarakat luas dan dunia internasional. Dengan pelestarian yang tepat dan promosi yang berkelanjutan, Batabuik dapat terus menjadi kebanggaan budaya Indonesia sekaligus aset pariwisata yang bernilai tinggi. (***)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *