KABAR LUWUK, BANGGAI – Dewa Ayu Tresnasari warga Desa Mekar Kencana, Kecamatan Toili, Kabupaten Banggai menahan sakit dipembaringan kala penyakit kanker payudara stadium lanjut terus menggerogoti tubuhnya. Memang cobaan kehidupan yang datang tak penah memandang kelas sosial. Walau ditengah himpitan ekonomi namun penyakit berbahaya itu datang mendera.
Berbekal Kartu Indonesia Sehat (KIS) warga Desa Mekar Kencana Kecamatan Toili yang hidup dengan ekonomi pas-pasan ini mencoba berobat mencari jalan keluar tentang penyakit kanker ini. Sudah tercatat sejak munculnya penyakit ini, Nyoman (sapaannya) harus keluar masuk Puskesmas untuk mendapatkan perawatan intensif. Sayangnya perawatan di Puskesmas itu tidak merubah penyakitnya. Bahkan lantaran ekonomi pas-pasan, pihak terpaksa memilih pengobatan tradisional, lagi-lagi hasil yang diharpakan tidak sesuai harapan. Bahkan penyakit kankernya memasuki stadium lanjut.
Hal ini baru diketahui setelah dua hari ia dirawat di UPT Puskesmas 2 Toili. Pihak puskes menerangkan harus segera di rujuk ke RSUD Luwuk untuk mendapatkan tindakan medis selanjutnya karna kangker di dadanya kian membesar.
“Pasien kanker payudara ini sudah memasuki stadium lanjut, harus segera di rujuk ke RSUD Luwuk” jelas dr. Herti.
Setelah mengetahui hal tersebut, keluarga meminta pasien dibawa pulang dan akan dirawat di rumah saja. Pihak keluarga pasrah untuk diobati seadanya, karna memikirkan faktor ekonomi.
Pihak keluarga menjelaskan mengapa enggan untuk di rujuk ke RSUD Luwuk karena walaupun biaya perawatan gratis, namun biaya yang menjaga dan keseharian yang menjaga tetap membutuhkan dana.
Saat ditemui di rumah pasien, Dewa Made Karang, ayah kandung pasien ini memberi keterangan yang mengejutkan.
“Saya mau anak saya dipindahkan ke Rumah Sakit Luwuk, tapi kan butuh biaya, memang biaya perawatan gratis, obat gratis tapi yang jaga gimana? kan tetap harus pegang uang untuk ini-itu di sana” ungkap Made karang.
Dijelaskan Dewa Made Karang , ia baru saja selesai membersihkan luka pada payudara anaknya itu yang sudah bau bahkan ada ulatnya. Sebagai penganti alcohol, ia menggunakan miras tradisional jenis Cap Tikus.
“Tadi saya baru selesai memberihkan lukanya yang sudah bau dan berulat, karena gak punya alcohol terpaksa saya gunakan cap tikus,” tambahnya.
Sebenarnya pihak Desa Marga Kencana sudah inisiatif memberi bantuan sebesar satu juta rupiah untuk tambahan, namun pihak keluarga masih enggan untuk dirujuk ke RS Luwuk. Upaya-upaya komunikasi dan kordinasi sampai ke pihak Pemerintah Kecamatan Toili. Agung, Sekertaris Camat Toili ikut bergerak mengupayakan agar derita itu bisa terselesaikan.
“Saya sudah yakinkan keluarga, yang terpenting adik ini segera dibawa ke rumah sakit, untuk biaya kita harus saling bantu untuk saudari kita ini, saya sudah intruksikan Desa, Kepala Pukses dan sedang di upayakan dinas terkait untuk ikut serta” tegas Agung.
Dalam kasus ini, Wilayah Toili yang kaya akan Sumber Daya Alam yang terus terkuras isinya namun masih banyak ketimpangan persoalan kemiskinan. Ironi daerah yang tak pernah melihat lapisan bawah dan ini bukti bagaimana masyarakat miskin tak merasakan efek baik keberadaan perusahaan.
Sampai berita ini diterbitkan, Pasien sudah berada dalam penangan medis di Rumah Sakit Umum Daerah Luwuk.(Reza/Bayu)