IMIP-ads Bawaslu-ads
KABAR OPINI

Taiwan Teguhkan Diri Sebagai Pemain Semikonduktor Dunia

257
×

Taiwan Teguhkan Diri Sebagai Pemain Semikonduktor Dunia

Sebarkan artikel ini
Logo tsmc Taiwan, produsen semikonduktor terbesar ketiga dunia (Foto: Dok. pribadi/TY)
Logo tsmc Taiwan, produsen semikonduktor terbesar ketiga dunia (Foto: Dok. pribadi/TY)

 Dengan percaya diri Menteri Luar Negeri Taiwan Lin Chia-Lung Ph.D, kepada jurnalis internasonal di Taipei beberapa waktu silam mengemukakan, negaranya akan segera menyusul kemajuan teknologi AS dan Korea Selatan, Intel dan Samsung.

 Taiwan ingin meneguhkan dirinya sebagai pemasok industri semikonduktor terbesar dunia. Saat ini peringkatnya sudah terbesar di  dunia, atau di atas China Daratan.Taiwan ingin meneguhkan diri sebagai raja semikonduktor atau chip yang penting dalam kehidupan modern.

 Lembaga riset pasar global bidang teknologi industry (TrendForce) menyebutkan, pangsa pasar Taiwan dalam kapasitas produksi

semikonduktor global mencapai sekitar 46 persen tahun 2023, diikuti China (26 persen), Korea Selatan (12 persen), Amerika Serikat (6 persen), dan Jepang (2 persen).

 Pendapat ini dibenarkan oleh pihak Scott Huang Invesment Division, Associate Researcher, Hsinchu Science Park Bureau, saat pres internasional mengunjungi pabrik itu baru-baru ini. 

 Sebagian besar dominasi Taiwan digawangi TSMC, produsen chip kontrak terbesar di dunia. Apple dan Nvidia termasuk klien terbesarnya. TSMC pun membuat prosesor tercanggih di iPhone.

 Oleh karena itu Indonesia seyogianya perlu melakukan kolaborasi dengan menyiapkan bahan dasarnya seperti batu bara, gas alam, dan amoniak yang ramah lingkungan untuk memasok kebutuhan Taiwan terhadap bahan baku tersebut dalam jumlah besar.

 “Selama ini bahan baku dipasok mayoritas dari Australia,” kata Kao Shien Quey, Deputy Minister National Development Council, menjawab pertanyaan wartawan Australia di Taipei Taiwan dua pekan lalu.

Bayang-bayang Intimidasi China

 Terkait masalah politik, baru-baru ini pihak Kementerian Luar Negeri  (MOFA) Taiwan saat ditanya Wartawan Guatemala soal bayang-bayang Taiwan akan diambil oleh China Daratan mengeluarkan kritik kepada China.

 MOFA dalam tanggapannya mengatakan, Tiongkok menggunakan terminologi kebijakan “Prinsip Satu Tiongkok” dengan tujuan memanipulasi komunitas internasional dan meremehkan kedaulatan Taiwan,

 Pemerintah Taiwan dengan sungguh-sungguh membantah klaim palsu Tiongkok dan negara-negara bawahannya. Taiwan akan terus mempertahankan kedaulatan nasional dan sistem demokrasi bebasnya.

 Disebutkan China agaknya sering membuat janji palsu. China pernah  berjanji memberikan bantuan keuangan Tiongkok sebagai metode  memburu sekutu diplomati Taiwan.

 Konpensasinya Beijing menjanjikan US$ 2 miliar kepada Pemerintah

Honduras dan mengimpor udang putih dari negara itu. Namun ternyata China mengingkari janji tersebut. Honduras masih belum mendapatkan akses ke pasar udang Tiongkok setelah pemerintahnya memutuskan hubungan diplomatik dengan Taiwan.

 Sejak itu, 60 persen petambak udang di Honduras gulung tikar. Sementara negara itu  mengalami kerugian sebesar US$ 39 juta. Meskipun Kantor Berita Xinhua, outlet media resmi Tiongkok melaporkan pada  22 Juli lalu bahwa gelombang pertama udang putih Honduras telah diekspor ke Tiongkok, industri udang di negara itu   sudah berada di ambang kebangkrutan.

 Soal Kebijakan Satu China, AS telah secara terbuka membantahnya berkali-kali, dan dengan jelas menyatakan “Kebijakan Satu Tiongkok” Amerika Serikat tidak sama dengan “Prinsip Satu Tiongkok” versi China.

 Disebutkan, Resolusi 2758 hanya membahas masalah kursi Tiongkok di PBB dan tidak menyebut Taiwan samasekali. Tiongkok telah memutarbalikkan Resolusi Majelis Umum PBB itu.

 China terus menggunakan taktik perang campuran seperti ancaman militer, pemaksaan ekonomi, penindasan diplomatik, perang hukum, dan perang kognitif dalam upaya untuk menekan Taiwan dan komunitas internasional agar menerima Prinsip satu Tiongkok. Tiongkok sengaja mengacaukan kesadaran dan pemahaman internasional untuk menekan partisipasi internasional Taiwan.

 “Oleh karenanya, kami tidak akan pernah menerima hal ini, dan komunitas internasional tidak boleh membiarkan Tiongkok bertindak sewenang-wenang dan agresifnya terhadap Taiwan,” tegas pernyataan MOFA.

 Di sisi lain, ambisi teritorial China menimbulkan sengketa di sejumlah kawasan serta memicu reaksi AS yang tidak sependapat dengan klaim China.

 AS mengaku tidak punya kepentingan dalam sengketa di Laut China Selatan (LCS). Tetapi menolak klaim perluasan wilayah China dalam hal CLS dan pulau buatan Fiery Cross, dimana berdasarkan putusan Mahkama Arbitrase Internasional merupakan milik Filipina.

 Dalam kaitan ini Indonesia juga tidak punya klaim terhadap LCS, tetapi berpotensi terseret arus sengketa, karena klaim LCS beririsan dengan Zona Eonomi Esklsif (ZEE) Indonesia.

 Sementara China mengabaikan hak kedaulatan Indonesia di kawasan Natuna dengan mengatakan, perairan itu menjadi bagian dari hak rakyat Tiongkok sebagai wilayah penangkapan tradisional nelayan China dalam mencari ikan sejak ratusan tahun silam atau sejak adanya Kerajaan China.

 Dengan demikian, ancaman intimidasi China tidak sekedar bayangan. Tetapi sudah menjadi bagian dari kenyataan untuk menekan negara-negara yang mengakui Taiwan untuk segera mencabutnya jika China diminta bantuan keuangan atau meningkatkan investasinya, termasuk menerima produk ekspor negara-negara dimaksud ke Tingkok.

Pertanyaannya, bagaimana usaha Taiwan melindungi TSMC sebagai pusat industri semikonduktor dunia? Pejabat berwenang di Pemerintahan Taiwan tidak secara jelas menjawab masalah itu karena ada kaitannya dengan strategi mengamankan pembangunan industri pada lahan yang luasnya lebih dari 5 ha itu.

 Yang pasti, TSMC kini sudah banyak membuka kantor cabang di kawasan Eropa seperti di Jerma dan Perancis, selain juga di AS sebagai pusat pemasaran produk industri semikonduktor Taiwan.

 Taiwan juga tidak akan meninggalkan pasar Asia yang kini sedang tumbuh dalam teknologi industrinya. Karenanya, kerjasama dengan Vietnam dan Indonesia terus dilakukan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia (SDM) di kawasan.

 Dengan menjaga lingkungan serta membuat produk bermutu dan ramah lingkungan termasuk membuat harga produk terjangkau masyarakat luas, Taiwan optimistis akan tetap memenangi persaingan di era global ini.**

Oleh : Theo Yusuf adalah Wartawan Senior

IMIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!