Oleh : Ista Mujahid Akbar
KABAR LUWUK, PALU – Saya akhirnya paham, setelah menonton debat kandidat calon gubernur dan wakil gubernur Sulawesi Tengah semalam, mengapa Hidayat Lamakarate senang menyanyikan lirik sebuah tembang lawas, “Jangan Kau salah Menilaiku” karya Tagor Pangaribuan.
Lewat 6 segmen debat kandidat yang dibuat oleh KPU Sulteng antar pasangan Hidayat Lamakarate-Barto yang dikenal dengan akronim (HEBAT) dan pasangan Rusdy-Mamun dengan ikon cerdas, masyarakat Sulawesi tengah sedang disajikan kualitas gagasan, ide program dan arah kebijakan, yang membuat pemilih Sulteng tidak lagi salah dan ragu memilih sosok pasangan nomor urut satu Hidayat Lamakarate-Barto.
Dalam debat semalam, harus secara jujur kita mengakui kualitas seorang Doktor Hidayat Lamakarate unggul telak atas kompetitornya Bung Rusdy Mastura. Keunggulan yang nampak sejak dari segmen pertama sampai pada segmen akhir.
Pada babakan pertama, Hidayat Lamakarate begitu jelas dan tuntas menyampaikan apa yang menjadi visi dari Sulteng Bangkit dan Berdaya saing Unggul Nasional,beserta 12 program unggulan mereka.
Sementara Rusdy-Mamun yang mencoba membangun narasi akan persoalan daerah dan mimpi akan Sulteng sejahtera, nampak betul-betul “keteteran dalam menjelaskan gagasan mereka sendiri”.
Pada babakan kedua dan ketiga, menyangkut persoalan daerah yang merupakan penjelasan atas pertanyaan tim pakar KPU, mulai dari isu kesejahteraan, persoalan daerah seperti bencana, transportasi sampai pada isu lingkungan.
Lagi-lagi kita menyaksikan bahwa Hidayat Lamakarate punya gagasan dan program yang terstruktur. Mulai dari isue kesejahteraan bagi rakyat Sulteng, Hidayat Lamakarate menyajikan poin kongkrit menyangkut industrialisasi daerah, kepastian harga komoditi, sampai program penyelesaian bencana lewat strategi kemitraan dan jejaring yang bisa di optimalkan, serta program BPJS gratis.
Sementara itu pasangan Rusdy Mastura nampak keteteran, ketika ditanyakan persoalan kebencanaan justru meminta penjelasan dari Hidayat Lamakarate untuk menjelaskan apa yang sudah dan harus dikerjakan.
Sementara itu, pada babak ke-empat dan lima, saat debat antar cagub lagi-lagi Hidayat Lamakarate berhasil meyakinkan pemilih akan kemampuan dan pengetahuan dirinya atas isue pemerintahan termasuk keuangan daerah, betapa tidak realistisnya anggaran 100 milyar perkabupaten yang dicanangkan oleh Rusdy Mamun, karena bisa menyerap 1,3 triliun yang berarti akan menghabiskan lebih dari 50% APBD yang punya konsekuensi pemerintah provinsi tidak akan bisa membiayai gaji pegawai, pembangunan infrastruktur dan berbagai tugas pelayanan pemerintah yang mesti dikerjakan dan membutuhkan pembiayaan.
Pada akhirnya, sampai pada ujung closing statement debat babakan ke-enam, saya dan mungkin banyak rakyat Sulawesi Tengah akhirnya benar-benar sadar, “bahwa kita tidak salah lagi untuk memilih Hidayat Lamakarate-Barto, karena selain mereka mengerti betul akan persoalan daerah, tentu lewat debat semalam kita juga sadar sosok anak muda Sulawesi tengah itu masih punya energi besar untuk mengurus rakyat dan daerah Sulawesi Tengah”. (***)