Catatan Oleh : Irwan K Basir (jurnalis Kabar Luwuk.com)
KABAR LUWUK, PALU – Pandemi corona virus disease (covid-19) di Indonesia telah ditetapkan sebagai bencana nasional non alam. Sehingganya setiap daerah mulai provinsi, daerah istimewa, daerah khusus, kotamadya, kabupaten, kecamatan, kelurahan hinngga tingkat desa terus berupaya melakukan pencegahan dan penanggulangan agar masyarakatnya tidak terpapar virus yang mudah menyebar melalui Droplets atau tetesan cairan yang berasal dari batuk atau bersin orang yang telah terpapar corona.
Sulawesi Tengah sebagai salah satu provinsi di Indonesia terdiri dari 12 kabupaten dan satu kota sebagai wilayah administrasinya ini tidak ketinggalan terus berjuang agar pandemi corona ini tidak melintas dan bersarang di wilayah yang berada di bawah garis katulistiwa ini. Namun publik terhenyak, pada Kamis 26 Maret 2020 Gubernur Sulteng Drs H Longki Djanggola, M.Si mengumumkan satu warga Kota Palu terpapar dan terkonfirmasi positif corona berdasarkan hasil uji swab yang sebelumnya telah dikirim ke Makassar.
Sontak saja pengumuman yang disampaikan gubernur saat itu membuat publik termasuk para pemangku kepentingan di daerah belingsatan. Sejak itu setiap hari pertambahan jumlah orang terkonfirmasi positif di Sulteng terus bertambah. Hanya berselang waktu sepekan kemudian dua menyelimuti Sulteng, Bupati Morowali Utara Atripel Tumimomor yang sedang menjalani perawatan medis di Makassar dinyatakan meninggal dunia dengan hasil swab terkonfirmasi positif corona virus. Proses pemakaman dengan standar penanganan covid-19 pun diberlakukan kepada kepala pemerintah pertama di Indonesia yang meninggal akibat corona ini.
Ditengah duka itu, delapan orang yang ikut mendampingi almarhum kemudian dilakukan uji swab yang hasilnya juga dinyatakan positif. Beruntung setelah ketat dan tertib menjalani perawatan dan anjuran pemerintah serta tenaga medis, mereka yang di rawat dan di isolasi mandiri di Makassar akhirnya dinyatakan sembuh.
Periode bulan April menjadi puncak percepatan pandemi corona di Sulteng, hanya dalam jangka waktu sebulan sejak diumumkan adanya orang terkonfirmasi positif oleh Gubernur Sulteng, jumlahnya kini telah mencapai 75 kasus terkonfirmasi positif corona, tiga dinyatakan meninggal dunia dan 12 dinyatakan sembuh.
Ditengah upaya pemerintah menanggulangi pandemi corona itu, di Sulawesi Tengah kini tercatat ada delapan kabupaten dan kota yang telah terpapar corona. Kasus dan wilayah terakhir tercatat yakni wilayah Kabupaten Banggai Kepulauan dimana satu orang telah dinyatakan terkonfirmasi positif corona. Dengan demikian menyisahkan lima kabupaten lainnya yang terus berjuang agar pandemi tidak memapar warganya yakni Kabupeten Donggala, Parimo, Touna, Balut dan Kabupaten Banggai.
Secara spesifik di Kabupaten Banggai sampai saat ini belum ada kasus orang terkonfirmasi positif corona, bahkan pada data pada Kamis (7/5/2020) mencatat di Banggai hanya ada lima Orang dalam Pemantauan (ODP), tujuh orang PDP dan dua lainnya dinyatakan bukan covid-19 berdasarkan uji swab. Hanya saja wilayah terbuka Banggai yang memiliki akses udara, laut dan darat ke berbagai kabupaten dan provinsi lainnya di Indonesia itu memiliki potensi besar jika tidak segera diambil langkah tegas berupa karantina wilayah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Potensi terpapar corona itu begitu besar bagi masyarakat Kabupaten Banggai dengan akses keluar dan masuk yang masih terbuka luas tanpa adanya pemberlakuan karantina wilayah maupun PSBB. Coba kita urai terlebih dahulu melalui jalur lautnya. Di Kecamatan Pagimana ada pelabuhan angkutan sungai danau dan penyeberangan (ASDP) Ferry yang menghubungkan Kabupaten Banggai dan Provinsi Gorontalo dimana kita ketahui bahwa Provinsi Gorontalo telah menjadi provinsi terakhir tepapar corona. Berikutnya ada pelabuhan rakyat di kompleks pertokoan Kecamatan Luwuk dimana pelabuhan itu melayani rute penyebarangan dari dan ke Banggai Kepulauan. Sekedar catatan bahwa saat ini satu orang di Bangkep telah terkonfirmasi positif corona. Demikian pula pelabuhan di milik Dirjen perhubungan laut melalui PT Pelni dimana satu kapal penumpang dan barang yakni KM Tilong Kabila merupakan kapal yang melanyani jalur laut kesejumlah zona merah dan ikut masuk ke Pelabuhan Banggai. Tidak ketinggalanpula pelabuhan pengumpan yang ada di Bunta, Bualemo, Batui dan Toilo Barat juga berpotensi memnbawa masuk orang yang telah terpapar corona.
Akses udara juga memiliki potensi yang mesti diwaspadai kendati sejumlah bandara dan maskapai penerbangan memberlakukan protokoler ketat. Bandara Syukuran Aminuddin Amir Bubung setiap harinya membawa penumpang keluar dan masuk ke Kabupaten Banggai dalam jumlah ratusan yang bisa saja satu diantara mereka telah terpapar corona virus.
Jalur darat menjadi akses besar potensi bahaya penyebar corona di Banggai karena daerah ini menjadi perlintasan atau akses perlintasan ke Touna dan Morowali Utara kita ketahui di Morowali Utara telah tercatat 12 orang terkonfirmasi positif corona.
Langkah pemerintah Kabupaten Banggai dalam menanggulangi dan mencegah pandemi corona masih terlihat biasa saja. Hal itu terlihat dari masih longgarkan akses masuk dan keluar Kabupaten Banggai baik jalur laut dan darat. Tidak seperti Kabupaten Banggai Laut yang langsung protektif menutup jalur laut dari Kabupaten Banggai Kepulauan yang satu warganya telah dinyatakan positif corona.
Satu hal yang bisa dibilang mengkhawatirkan yakni pademi ini telah bermigrasi melalui transmisi lokal bahkan para OTG yang belakangan terkonfirmasi positif corona semisal di Bangkep mulai di lacak perjalanannya. Hasilnya warga Bangkep yang terkonfirmasi positif itu entah sudah terpapar corona atau belum ternyata pernah ada di Banggai sebelum melanjutkan perjalanannya ke Bangkep.
Tindakan berani dan terukur Bupati Banggai Ir Herwin Yatim dalam melakukan pencegahan penyebaran pandemi corona virus di daerah ini sangat dinanti masyarkat. Banyak pihak mendukung adanya karantina wilayah atau PSBB sebagai langkah proteksi itu. Namun tidak sedikit yang kemudian tidak menginginkan adanya karantina wilayah maupun pemberlakuan PSBB dengan pertimbangan kemampuan dan kesiapan pemerintah daerah. Akhirnya langkah pengetatan dalam arti pembatasan akses yang kesannya juga hanya setengah hati jadi pilihan, padahal tidak semua akses yang saya sebutkan tadi di atas seluruh orang yang masuk dilakukan uji cepat melalui rapid tes. Mereka hanya di tes suhu tubuhnya dan disemprotkan cairan disinfektan yang belum tentu efektif, padahal ada para OTG yang sudah barang tentu dengan mudah melewati tes seperti itu karena mereka benar-benar tanpa gejala.
Saat ini bisa saya katakan, Kabupaten Banggai berada di tengah kepungan pandemi corona virus, sudah barang tentu kita berharap corona ini tidak memapar warga kota berAir ini. Senantiasalah menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) serta mengikuti anjuran pemerintah dengan menggunakan masker, menjaga jarak, tidak berkumpul, makan makanan yang telah matang serta bergizi juga berolahraga guna meningkatkan imun tubuh.
Kita tunggu saja nanti apakah pemerintah Kabupaten Banggai akan mengambil langkah karantina wilayah ataukah PSBB sebagai langkah memutus mata rantai pandemi ini. Semoga Allah melindungi kita semua dan menghindarkan dari pandemi corona ini. (***)