Bawaslu-ads
KABAR OPINI

Adakah Prospek Perkembangan Ekonomi Islam Dibawah Pemerintahan Prabowo?

190
×

Adakah Prospek Perkembangan Ekonomi Islam Dibawah Pemerintahan Prabowo?

Sebarkan artikel ini
Muhammad Akhyar Adnan PhD., MBA., SE., Ak., CA., CRP., CIB., adalah Dosen Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Yarsi.( Foto Pribadi)
Muhammad Akhyar Adnan PhD., MBA., SE., Ak., CA., CRP., CIB., adalah Dosen Program Studi (Prodi) Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Yarsi.( Foto Pribadi)

KABAR LUWUK – Adakah Prospek Perkembangan Ekonomi Islam Dibawah Pemerintahan Prabowo. Semua pihak tentu menyimak bahwa pada 18 Juli 2024 lalu  tiba-tiba saja Presiden Joko Widodo mengangkat tiga Wakil Menteri baru, yakni Sudaryono sebagai Wakil Menteri Pertanian, Thomas A.M. Djiwandono sebagai Wakil Menteri Keuangan, dan Yuliot sebagai Wakil Menteri Investasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Seperti biasa, berbagai reaksi muncul, terutama dari mereka yang mempertanyakan urgensi pengangkatan tersebut walau umur Pemerintahan Jokowi bahkan tidak sampai seumur jagung lagi.

Namun Pemerintah tidak bergeming dengan dalih untuk menyiapkan peralihan, dan seperti biasa masyarakat lalu diam, tenang atau cuek seperti tiada suatu apapun yang terjadi. Apalagi begitu banyak isu kontroversial yang mengemuka, sehingga sebuah isu penting akan tenggelam dalam sekejap.

Bila dicermati nama-nama para [Wakil] Menteri baru, dan seperti juga diumumkan terbuka, bahwa mereka adalah Pengurus Gerindra, partai yang dipimpin oleh Prabowo Subianto.

Di satu sisi, sebagian masyarakat coba memaklumi dan menganggap wajar, dan seolah-olah sudah lupa samasekali dengan isu nepotisme yang justru dulu menghancurkan “karir” mertua Prabowo: Pak Harto, sebagai Presiden masa itu.

Di sisi lain, masyarakat membahas tentang (a) nepotisme, karena mereka adalah kader Gerindra, bahkan salah seorang di antaranya adalah keponakan kandung Prabowo; (b) kapasitas mereka dalam perspektif ilmu dan pengalamannya sebelum ini.

Karena, bila dilihat latar belakang pendidikan mereka, berbeda dengan jabatan politik yang mereka emban dalam pos kementerian, walau, misalnya, mereka kuliah di Amerika Serikat. Gak matching, kata anak-anak Gen Z. 

Diluar dua isu di atas, tulisan singkat ini akan menambahkan sebuah isu lagi, yang sejauh ini belum diangkat siapapun terkait  perkembangan kebijakan selama ini.

Kita tentu masih ingat dengan pertanyaan Cawapres Gibran kepada Cawapres Cak Imin (Ahmad Muhaimin Iskandar) tentang GIEI dalam acara debat antar Cawapres tempo hari.

Ketika itu memang terkesan bahwa Cak Imin “kelabakan”. GIEI adalah singkatan dari Global Islamic Economy Indicator. Pertanyaan,  kalau sebatas kepanjangan, tentu tidak bermutu untuk sebuah debat kenegaraan.

IMIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *