KABAR LUWUK – Remaja Mabuk Kecubung, Buah Kebebasan Perilaku. Mabuk-mabukan telah menjadi kebiasaan sebagian besar pemuda saat ini. Mereka menempuh berbagai cara agar mendapatkan sensasi mabuk kecubung hingga melupakan efek berbahaya saat mengonsumsi zat tersebut, seperti mengonsumsi minuman keras (alkohol) oplosan, mencampur minuman keras dengan obat-obatan tertentu, hingga mengonsumsi tanaman kecubung yang efeknya dapat menimbulkan halusinasi.
Sebagaimana yang dilakukan oleh dua orang di Banjarmasim, Kalimantan Selatan (Kalsel). Kedua korban diketahui mengoplos kecubung dengan alkohol dan obat-obatan. Meskipun sempat menjalani perawatan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sambang Lihum, nyawa keduanya tak tertolong.
Yuddy menjelaskan, fenomena mabuk kecubung di Banjarmasin merupakan masalah serius. Saat ini pihak RSJ Sambang Lihum sedang merawat 35 pasien yang diduga mengonsumsi kecubung.
“Namun semua masih belum bisa diajak komunikasi. Sebab penjelasan mereka masih bisa berubah-ubah karena masih ada efek halusinasinya,” ujarnya.
“Hindari mengkonsumsi tanaman kecubung yang tidak seharusnya dikonsumsi sembarangan. Jika tanaman itu dikonsumsi dapat berdampak menyebabkan gangguan mental sementara atau permanen,” ujar Cuncun kepada wartawan, Rabu (10/7/2024). Kompas.com, (7/10/2024).
Miris sekali ketika melihat potret generasi muda yang rusak akibat pengaruh minuman keras (alkohol) bahkan obat-obatan terlarang. Kehidupan mabuk-mabukkan tidak hanya merusak pemuda, namun juga menghilangkan jati diri yang hakiki. Pemuda sejatinya adalah agen perubahan dan pemimpin-pemimpin bangsa di masa mendatang.
Ada dua faktor yang menyebabkan seseorang terjerumus pada minuman minuman keras (alkohol). Pertama, faktor internal yaitu dorongan individu yang berniat ingin menghilangkan kejenuhan, stres dan menghilangkan sejenak perasaan gelisah yang disebabkan oleh masalah pribadi yang sedang dihadapi. Kedua, faktor eksternal yaitu sangat berpengaruh, seperti pengaruh lingkungan dan dorongan teman-teman bermain.
Dengan demikian, mengonsumsi alkohol dipandang sebagai solusi atas masalah yang sedang dihadapi, sehingga menjadi bukti bahwa lemahnya ketahanan mental generasi saat ini. Oleh karena itu, wajar jika hal demikian terjadi, karena remaja saat ini telah kehilangan arah tujuan hidup yang benar.
Tujuan hidup manusia adalah untuk beribadah kepada Allah ﷻ dan meraih ridha Allah ﷻ. Namun, hal ini tidak tertanamkan pada diri generasi. Sebaliknya, mereka teracuni oleh pemikiran yang memisahkan agama dari kehidupan (sekuler-kapitalis) yang berorientasi pada kesenangan duniawi.
Mereka mengejar kesenangan jasadnya sebesar-besarnya. Bahkan memandang bahwa semakin bebas manusia bertingkah laku, hidup akan semakin bahagia.
Fatalnya cara pandang tersebut dibentuk dari sistem pendidikan ala sekuler kapitalis, sebagaimana kurikulum pendidikan saat ini yang jauh dari pembentukan kepribadian Islam, generasi bermental tangguh dan produktif.