KABAR LUWUK, Palu – Peningkatan kompetensi jurnalis senantiasa menjadi agenda Dewan Pers, untuk itu Senin (15/7) Dewan Pers menyelenggarakan workshop peliputan pasca pemilihan legislatif dan pemilihan presiden tahun 2019. Kegiatan yang digelar di salah satu hotel yang ada di Palu dihadiri langsung oleh Ketua Dewan Pers Prof Muhmmad Nuh serta Ahmad Jauhar ketua komisi penelitian, pendataan dan ratifikasi pers. Sekira 30 jurnalis yang ada di Sulteng mengikuti kegiatan itu.
Saat ini kata Prof Muhammad Nuh banyak tantangan yang harus dihadapi pers, karena tugas pers bukan sekedar memberikan informasi tetapi yang paling penting adalah bagaimana ekosistem demokrasi bisa dibangun dan bertumbuh. Pada pelaksanaan pesta demokrasi belum lama ini yakni pemilihan legislatif dan pemilihan presiden 2019 terjadi adanya pers yang berpihak pada salah satu kandidat sehingganya masyarakat justru menjadi kebingungan.
“Pasti dalam perjalanan selalu ada perbedaan, karena perbedaan itu keniscayaan, selesaikanlah dengan cara cerdas dan dewasa, karena ada tiga kerugian besar dalam pertengkaran karena perbedaan itu,” kata Prof Muh Nuh.
Diceritakan mantan Menkominfo ini, tugas jurnalis semakin berat yang menuntut jurnalis tidak hanya pandai secara intelektual tetapi bijak dalam menjalankan profesinya. Demokrasi harus dibingkai tiga hal yakni logika yang menyangkut kebenaran, etika terkait kebaikan dan estetika mengenai keindahan. Maksudnya karya jurnalistik harus logis, beretika dan memiliki estetika sehingga pesan atau misi kebaikan demi kemasyalahatan masyarkat sampai dengan baik.
Pada kesempatan itu Ketua Dewan Pers juga menyaksikan langsung deklarasi forum pemimpin redaksi Sulawesi Tengah. Bahkan Prof Muh Nuh mengapresiasi deklarasi itu dan berharap mempersatukan perbedaan pasca pemilu 2019. (ikb)