“Takut sih iya, hanya saja kalau disuruh berdiam diri dalam rumah tanpa bekerja dan menghasilkan uang maka sama saja dengan secara perlahan membuat kita sekeluarga mati. Mereka yang berstatus ASN atau pegawai negeri bisa dengan enak berdiam diri dalam rumah bersama keluarganya karena gaji mereka tetap rutin dibayarkan, sementara kita jika tidak meneteskan keringat maka tidak akan memperoleh rupiah membeli pangan yang tentu saja habis dikonsumsi sehari,” kata Ramlan salah seorang pemulung di Kota Palu.
Catatan : Irwan K Basir (Jurnalis)
KABAR LUWUK, PALU – Angka pertambahan jumlah orang terkonfirmasi positif corona virus disease (covid-19) di wilayah Sulawesi Tengah pertanggal 13 Mei 2020 telah melampaui angka 100 tepatnya 101 kasus. Jumlah tersebut naik signifikan hanya dalam tempo lima puluh hari saja atau jika di rata-ratakan dalam tiga bulan ini ada satu orang terkonfirmasi setiap harinya. Hal ini kemudian menimbulkan tandatanya, sudahkan pemerintah menjalankan tugasnya dalam upaya penanganan penyebaran dan percepatan penanggulangan Corona di Sulteng ataukah masyarakatnya memang memandang grafik kenaikan itu hanya sekedar angka.
Jika kita menuju titik balik, tepatnya pada Kamis 26 Maret 2020, Gubernur Sulteng Drs H Longki Djanggola, M.Si mengumumkan satu warga Kota Palu terpapar dan terkonfirmasi positif corona berdasarkan hasil uji swab yang sebelumnya telah dikirim ke Makassar. Sejak saat itu jumlah pertambahan orang terkonfirmasi positif corona hasil uji lendir dahak atau swab terus bertambah. Kematian Bupati Morowali Utara Atripel Tumimomor yang sedang menjalani perawatan medis di Makassar yang kemudian dinyatakan meninggal dunia dengan hasil swab terkonfirmasi positif corona virus menjadi catatan duka Sulteng, karena almarhum menjadi Bupati pertama yang terkonfirmasi positif dan dinyatakan meninggal dunia positif covid-19.
Pasca diumumkannya adanya orang terkonfirmasi positif corona di Sulteng, pada awalnya semua pihak yang tergabung dalam gugus tugas covid-19 Sulteng terlihat menggebu melaksanakan imbauan serta maklumat bahkan upaya-upaya proteksi terlihat mulai dari penyemprotan disinfektan, pembagian masker hingga pembubaran warga disejumlah lokasi dengan dalil pembatasan sosial. Masyarakat Sulteng khususnya di wilayah Kota Palu pada tiga hari pertama itu sangat patuh, hal itu terlihat dengan lengangnya sejumlah jalanan dari aktivitas kendaraan.
Hal itu hanya bertahan selama tiga hari, karena aktivitas warga kemudian berjalan sediakala bahkan sejumlah tempat kerumunan masyarakat terlihat mulai ramai. Alasan tetap menjalankan protokol kesehatan penanggulangan covid-19 berupa penyediaan tempat cuci tangan, pengaturan jarak jadi hal yang seolah membolehkan.
Tim gugus tugas covid-19 Sulteng melalui Pusat Data dan Informasi Kebecanaan Nasional (Pusdatina) covid-19 Sulteng senantiasa menyampaikan grafik pertambahan jumlah orang terkonfirmasi positif corona, jumlah ODP, PDP termasuk angka kematian dan kesembuhan kasus covid-19 yang datanya senantiasa di update setiap harinya. Pertanggal 15 April 2020 wilayah Kabupaten Buol mencatat baru satu warganya yang terkonfirmasi positif corona, hal ini jauh di bawah jumlah Kabupaten Morowali Utara yang kala itu sudah mencatatkan sembilan warganya terkonfirmasi positif dan Kota Palu pada angka delapan kasus.
Sayangnya hanya selang waktu kurang dari sebulan atau 29 hari saja, wilayah Kabupaten Buol telah menyentuh angka 49 kasus warganya terkonfirmasi positif corona atau jika mau dirata-ratakan maka dalam sehari selama sebulan ada dua orang yang terkonfirmasi positif. Bahkan angka itu kemudian menempatkan Kabupaten Buol sebagai wilayah pandemi corona tertinggi di Sulteng melampaui Kota Palu dengan angka 17 kasus. Hal ini yang kemudian memaksa Bupati Buol Amiruddin Rauf bersurat ke Kementerian Kesehatan Republik Indonesia agar wilayahnya disetujui melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Surat itu kemudian mendapat balasan dan persetujuan bahwa Kabupaten Buol di setujui Kemenkes menjalankan PSBB dan ini menjadi pertama di Sulteng menerapkan PSBB.
Pada data yang disajikan Pusdatina covid-19 Sulteng pertanggal 13 Mei 2020, sudah delapan wilayah kabupaten dan kota yang terpapar corona, menyisahkan lima kabupaten yang bisa dibilang masih bersih dari corona virus. Pada data itu disebutkan wilayah Buol tertinggi jumlah kasus corona dengan angka 49 orang, selanjutnya Kota Palu 17 kasus, Kabupaten Morowali Utara 12 kasus, Toli-Toli sembilan kasus, Poso ada tujuh kasus, Morowali dan Sigi sama tiga kasus dan Bangkep satu kasus. Total keseluruhan positif corona kini ada diangka 101 kasus dengan catatan tiga kematian dan 20 kesembuhan atau hanya sekira 20 pesen saja.
Grafik kenaikan jumlah orang terkonfirmasi positif di Sulteng itu setiap harinya terupdate, hanya saja terlihat kini masyarakat mulai acuh dan menganggap kenaikan itu hanya sebatas angka. Hal itu terlihat dengan ramainya aktivitas warga di berbagai tempat, mulai sarana umum, sarana ibadah bahkan beberapa lokasi dijadikan tempat berkumpulnya warga yang diantaranya tidak melengkapi diri dengan Alat Pelindung Diri semisal masker.
Kendati pemerintah senantiasa melaksanakan protokol namun warga terkesan abai, bahkan beberapa warga yang coba dimintai keteranganya dengan santai menjawab jika sajian itu hanya angka yang terpaksa mereka lalai akibat desakan kebutuhan ekonomi. Simpelnya ada kebutuhan ekonomi menafkahi keluarga yang lebih prioritas ketimbang harus mengurung diri dalam rumah yang bisa saja berujung kematian akibat kelaparan seperti yang terjadi di beberapa daerah lain di Indonesia.
“Takut sih iya, hanya saja kalau disuruh berdiam diri dalam rumah tanpa bekerja dan menghasilkan uang maka sama saja dengan secara perlahan membuat kita sekeluarga mati. Mereka yang berstatus ASN atau pegawai negeri bisa dengan enak berdiam diri dalam rumah bersama keluarganya karena gaji mereka tetap rutin dibayarkan, sementara kita jika tidak meneteskan keringat maka tidak akan memperoleh rupiah membeli pangan yang tentu saja habis dikonsumsi sehari,” kata Ramlan salah seorang pemulung di Kota Palu.
Perkataan Ramlan sudah barang tentu tidak bisa dibantah, karena sampai saat ini solusi yang diberikan pemerintah belum secara langsung menyentuh mereka sehingga mereka terpaksa jadi bebal. Mungkin saja jika ada di posisi mereka maka kitapun akan melakukan hal serupa hanya demi memenuhi kebutuhan ekonomi.
Data nasional menyebutkan dua daerah di Sulteng yakni Kabupaten Buol dan Kota Palu merupakan wilayah transmisi lokal pandemi corona, dalam artian bahwa perpindahan atau penyebaran corona ini sudah melaui kontak antar masyarakat lokal utamanya para Orang Tanpa Gejala (OTG) yang sebelumnya sudah pernah kontak dengan orang terkonfirmasi positif covid-19.
Akankah grafik peningkatan orang terkonfirmasi corona di Sulteng itu hanya sebagai deretan angka, apa kira-kira yang mesti jadi solusi agar pandemi ini bisa berakhir dan terputus mata rantainya di daerah kita? Hal itu akan menjadi bahasan kita di lain waktu, untuk saat ini cukuplah kita mematuhi imbauan pemerintah, menjalankan protokol kesehatan dengan senantiasa menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. (***)