Sementara itu, Rifan Fikri, Pemeriksa Paten Madya juga menyampaikan bahwa DJKI terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada para inventor, inovator, dan peneliti, termasuk para akademisi.
“DJKI terus berupaya meningkatkan pelayanan kepada para inventor, inovator, dan peneliti, termasuk para akademisi. Kami menyediakan berbagai layanan online dan offline untuk memudahkan para inventor, inovator, dan peneliti dalam mendaftarkan hak paten,” ujar Rifan, Ketua Tim DJKI.
Mewakili Direktur Jenderal KI, Min Usihen, Rifan juga mengajak para akademisi di Sulteng untuk memanfaatkan POSS, ia menyebut, bahwa kegiatan tersebut salah satu penyambung koordinasi yang lebih intens.
Kata dia, kedepan para akademisi dapat lebih mudah untuk mendaftarkan paten atas temuannya.
“Saya mengajak para akademisi di Sulteng untuk memanfaatkan POSS. Dengan melindungi hak paten atas hasil karya mereka, para akademisi dapat meningkatkan nilai ekonomi dari hasil karya mereka dan berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia,” harapnya.
Adapun 18 invensi yang sukses terdaftarkan tersebut, diantaranya:
1. Pupuk organik cair keong mas;
2. proses pembuatan tepung daun kelor;
3. metode sederhana untuk pengenceran semen domba ekor gemuk;
4. formula pakan untuk sapi Donggala;
5. pembuatan bioplastik dari limbah sayuran menggunakan metode ramah lingkungan;
6. metode penggemukan sapi Donggala dengan pakan ekonomis dan cukup gizi;
7. komposit berbahan baku limbah jenis rotan batang;
8. makanan fungsional tempe biji kelor yang dikomplementasikan dengan rumput;
9. formula pakan dengan penambahan tepung caulerpa.sp sebagai imunostimulan untuk meningkatkan pertumbuhan Udang Vanname dan Ikan Bandeng yang dibudidayakan secara polikultur;
10. mikrokapsul antioksidan ekstrak daun kelor;
11. masker transparan beraroma terapi;
12. alarm likuifaksi;
13. alat ukur badan digital;
14. metode pengendalian hama pengorok daun pada bawang merah varietas lembah palu menggunakan tanaman perangkap;
15. teknologi pakan untuk memproduksi telur ayam kaya selenium dari ampas kelapa fermentasi yang kaya selenium;
16. pembuatan bioplastik dari pati aren asetat fosfat;
17. formula pakan untuk penggemukan sapi Donggala jantan;
18. dan lama waktu penyangraian biji kakao fermentasi.
Kegiatan POSS perdana ini diharapkan dapat menjadi pemicu bagi para akademisi di Sulteng untuk terus berinovasi dan menciptakan karya-karya yang bermanfaat.
Dengan melindungi invensi mereka pada hak kekayaan intelektual, para akademisi dapat berkontribusi pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia. ( Humas Kanwil Kemenkumham Sulten) **