Banggai KepulauanKABAR DAERAH

Kemenag Bangkep Siap Gandeng  FKUB Bentuk Desa Sadar Kerukunan

549
×

Kemenag Bangkep Siap Gandeng  FKUB Bentuk Desa Sadar Kerukunan

Sebarkan artikel ini
Kepala Kantor Kementrian Agama Kabupaten Banggai dan Ketua Pengurus Cabang Nahdhatul Ulama Kabupaten Banggai, Drs,KH, Suardi Kandjae, M.Pd

Kehidupan sosial antar pemeluk agama di desa itu sudah terjalin dengan kokoh. Setiap ada hajatan desa, seperti bersih desa, selalu diikuti dengan doa bersama, sehingga  masyarakat sudah terbiasa saling kerja sama dalam segala hal, terutama dalam bidang sosial kemasyarakatan,” ungkapnya.

Selanjutnya Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) memiliki peran strategis dalam mengelola keberagaman dan merawat kerukunan di Indonesia. Oleh karenanya, FKUB perlu terus mensosialisasikan dan mempromosikan nilai-nilai moderasi beragama yang dapat mendorong kerukunan dan toleransi di antara berbagai elemen masyarakat

“Terlepas dari perbedaan budaya dan agamanya, menolak tindakan atau cara-cara kekerasan baik secara fisik maupun verbal, serta menghargai tradisi dan budaya lokal masyarakat yang sangat beragam,” Ucap H. Suardi.

Istilah kerukunan umat beragama identik dengan istilah toleransi. Istilah toleransi menunjukkan pada arti saling memahami, saling mengerti, dan saling membuka diri dalam bingkai persaudaraan. Bila pemaknaan ini dijadikan pegangan, maka ”toleransi” dan “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia.

Dalam konteks ke-Indonesiaan, kerukunan beragama berarti kebersamaan antara umat beragama dengan Pemerintah dalam rangka suksesnya pembangunan nasional dan menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu hal yang bisa dilakukan untuk merefresentasikan kegiatan ini adalah adanya sosialisasi FKUB yang  mengungkapkan hidup damai, rukun dan toleran.

 Kerukunan umat beragama adalah kondisi dimana antar umat beragama dapat saling menerima, saling menghormati keyakinan masing-masing, saling tolong menolong, dan bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama. FKUB ini sebagai cerminan bangsa yang memiliki beragam agama yang menjadi corak identitas keunikan Bangsa Indonesia, namun seiring berjalannya waktu ada perbedaan pandangan serta pola pikir dari makna keberagaman tersebut yang cendrung mengarah konflik. Hal inilah dirasa diperlukannya penguatan keragaman dalam lintas agama melalui sharing dan sosialis. Ungkap Ketua PCNU Banggai.

“Desa Kerukunan dibentuk tentu tujuannya adalah pemersatu umat beragama, sekalipun ada persolan seberat apapun kalau sudah rukun dan harmoni semua akan tercipta hubungan baik.” Terang  H. Suardi Kandjae.

Lebih dari itu, antar-pemeluk agama di desa itu saling mengingatkan untuk menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Misalkan, ada pemeluk Agama Islam yang lupa untuk shalat Jumat dan masih mendapati mereka di sawah, pemeluk agama lain yang mengetahuinya akan mengingatkannya. Begitu juga sebaliknya, dengan pemeluk Agama Kristen dan Hindu. Jika di antara mereka ada yang lupa untuk menjalankan ibadahnya, umat lain yang mengetahuinya akan mengingatkannya.

Kedepankan musyawarah Berada di pelosok tidak membuat warga di Desa terisolasi dari informasi yang datang dari luar. Tidak terkecuali informasi tentang konflik antar-agama yang kerap terjadi di sejumlah daerah. Seperti pembakaran tempat ibadah dan aksi kekerasan lainnya yang bermotif agama.

Warga di desa itu mengaku mengetahui semua kejadian itu. Mereka lalu membahas konflik yang terjadi di luar itu dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak terjadi di desa tersebut. “Kami tahu. Tapi itu terjadi di sana, jangan sampai terjadi di sini,” kata H. Suardi

Terakhir. generasi muda adalah poin utama untuk manjaga kerukunan itu supaya tetap lestari. Saat ini, masing-masing para tokoh agama di desa itu sudah membekali para generasi muda dengan pengetahuan kerukunan dalam beragama. Saling menghormati dan mencegah terjadi konflik. “Menjaga memang lebih berat. Kita harus memberikan pencerahan kepada anak-anak kita. Diajarkan peduli, membantu dan saling menolong,” Tutup  Drs. KH. H Suardi Kandjae. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *