IMIP
BanggaiKABAR DAERAH

JOB Tomori Dukung Inovasi Burung Hantu Lawan Hama Tikus di Desa Sumberharjo

×

JOB Tomori Dukung Inovasi Burung Hantu Lawan Hama Tikus di Desa Sumberharjo

Sebarkan artikel ini
JOB Tomori Dukung Inovasi Burung Hantu Lawan Hama Tikus di Desa Sumberharjo
JOB Tomori Dukung Inovasi Burung Hantu Lawan Hama Tikus di Desa Sumberharjo

KABAR LUWUK– JOB Tomori, melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR), memperkenalkan inovasi budidaya burung hantu sebagai solusi pengendalian hama tikus di Desa Sumberharjo, Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai.

Program ini melibatkan berbagai pihak yakni pemerintah desa, kelompok petani, kelompok sadar wisata dan masyarakat yang ada di Desa Sumberharjo.

Burung hantu sebagai solusi pengendalian hama tikus di Desa Sumberharjo, Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai sangat didukung masyarakat.

Section head relation JOB Tomori, Ruru Rubiantoro menyebutkan program inovasi ini patut didukung semua pihak karena dengan program unggulan ini dapat membasmi hama tikus yang sangat merugikan para petani.

Kepala Desa Sumberharjo, Baron Hermanto, menjelaskan bahwa budidaya burung hantu dimulai sejak 2017. Hal itu dilakukan lantaran hampir 30% hasil panen padi mereka dimakan tikus sehingga kemudian berbagai upaya dilakukan agar hama ini dapat dikendalikan.

Untuk mengatasi gagal panen akibat serangan hama tikus yang selama ini sulit dikendalikan itu, awalnya masyarakat menggunakan racun atau perangkap listrik, namun hasilnya tikus sulit dikendalikan bahkan penggunaan perangkap listrik seringkali mengancam jiwa.

Sejumlah masyarakat melihat secara langsung burung hantu yang diberdayakan sebagai pengendali hama tikus.

“Tikus sering merusak tanaman pada malam hari. Dengan burung hantu sebagai predator alami, kami menemukan solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan,” jelasnya.

Proses pengenalan burung hantu tidak berjalan mulus. Awalnya, masyarakat takut dan percaya bahwa suara burung hantu membawa pertanda buruk. Namun, melalui edukasi intensif selama satu tahun, persepsi tersebut berhasil diubah. Kini, burung hantu diterima sebagai sahabat petani.

Baron juga menyebutkan adanya Peraturan Desa (Perdes) yang melindungi burung hantu dari perburuan dengan ancaman denda hingga Rp100 juta atau kurungan lima tahun, membuat masyarakat di desa tidak lagi berani mengganggu habitat burung hantu.

Kepala Desa Bumiharjo, Baron Hermanto memberikan penjelasan tentang program inovasi yang ada di desa mereka.

“Peraturan ini penting karena satu ekor burung hantu bisa menjangkau hingga lima hektar sawah,” tambahnya.

Selain burung hantu, JOB Tomori juga mengembangkan rumah karantina burung untuk merawat burung yang sakit serta menyediakan sarana pendukung berupa rumah burung hantu. Hingga saat ini, sudah ada 40 rumah burung hantu yang tersebar di area persawahan seluas 150 hektare.

Dalam acara tersebut, Perwakilan SKK Migas Kalimantan Sulawesi (Kalsul), Muhammad Ari Pratomo menegaskan pentingnya sinergi antara perusahaan, pemerintah desa, dan masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

“Program ini bukan hanya solusi pertanian, tetapi juga bentuk keberlanjutan lingkungan yang perlu didukung semua pihak, termasuk media,” ujar Ari.

Ketua PWI Banggai, Iskandar Djiada, mengapresiasi inovasi ini dan berharap keberhasilannya dapat ditularkan ke daerah lain. “Budidaya burung hantu dapat menjadi contoh solusi ramah lingkungan untuk masalah hama tikus yang sering dihadapi petani,” katanya.

Program ini telah mendapatkan pengakuan nasional dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Dengan kolaborasi berbagai pihak, JOB Tomori optimistis program ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat Desa Sumberharjo.

Business Support Senior Manager JOB Tomori, Agus Sudaryanto dan Perwakilan SKK Migas Kalimantan Sulawesi (Kalsul), Muhammad Ari Pratomo memberikan apresiasi atas program inovasi ini.

Business Support Senior Manager JOB Tomori, Agus Sudaryanto yang hadir pada kesempatan itu memberikan apresiasi atas upaya masyarakat, pemerintah desa dan seluruh pemangku kepentingan yang ada di Desa Bumiharjo yang secara berkelanjutan turut serta melawan hama tikus dengan pendekatan alami yakni burung hantu.

“Tidak semua orang punya komitmen seperti ini, apalagi ini merupakan komitmen seluruh masyarakat melestarikan burung hantu guna melawan hama tikus. Hal ini patut kita apresiasi dan kami sangat mendukung program inovasi seperti ini,” kata Agus.

Saat ini di wilayah Desa Sumberharjo terdapat empat puluh kandang burung yang tersebar di sekitar area persawahan. Dengan adanya sekira 80 burung hantu telah berhasil mengamankan areal persawahan seluas kurang lebih 150 hektar. (IkB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *