KABAR OPINI

Guru, Bonus Demografi & Kesejahteraan

355
×

Guru, Bonus Demografi & Kesejahteraan

Sebarkan artikel ini

KABAR LUWUK – Setelah Jepang datang, guru-guru di Indonesia merasa lebih bisa berekspresi dalam menjalankan tugasnya.

Pemerintah Jepang memfasilitasi pendidikan nasionalisme di sekolah dengan tujuan memobilisasi rakyat guna mendukung perang Jepang pada Perang Asia Timur Raya.

Namun, semua organisasi dilarang oleh Jepang kecuali lembaga yang didirikan oleh Pemerintahan Militer Jepang. Sabtu 25/11/2023.

Tidak terlepas organisasi guru juga termasuk yang dilarang oleh Jepang.

Pascaproklamasi kemerdekaan, para guru disatukan dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Semangat proklamasi 17 Agustus 1945 menjadi kebangkitan para guru-guru sehingga penyelenggaraan Kongres Guru Indonesia pada tanggal 24 – 25 November 1945 di Surakarta dapat berjalan dengan lancar.

Melalaui kongres ini, segala organisasi dan kelompok guru yang didasarkan atas perbedaan tamatan, lingkungan pekerjaan, lingkungan daerah, politik, agama, dan suku, mampu menyatukan persepsi dalam membangun kesepakatan dan klasifikasi kelas sosial.

Mereka adalah – guru-guru yang aktif mengajar, pensiunan yang aktif berjuang, dan pegawai pendidikan Republik Indonesia yang baru dibentuk.

Mereka bersatu atas nama Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Menurut Ir. Soekarno Manusia tidak bisa mengajarkan sesuatu sekehendak hatinya, manusia tidak bisa mengajarkan apa yang tidak dimilikinya, manusia hanya bisa mengajarkan apa yang ada padanya.

Sederhana dan mendalam, pemikiran Bung Karno cukup menjadi pengunggah sebagai atmosfir bagian dari peringatan Hari Pendidikan Nasional, merefleksikan keadaan sebagai autokritik bagi elemen pelaku pendidikan masa kini.

Lalu bagiamana wajah dunia pendidikan di Sulawesi Tengah? Jika kita jujur dari lubuk hati dan realitas masa kini, pendidikan kita masih menjadi masalah fundamental, secara formal masalah-masalah pemerataan pendidikan, mutu dan relevansi pendidikan, serta efisisensi pendidikan. Menjadi acuan problematis masalah klasik.

Padahal kehidupan era Industri 4.0 seharusnya bisa menjawab tantangan laju arus zaman di sektor pendidikan.

Belun lagi menurut data BPS tahun 2022 Sulawesi Tengah masuk dalam 10 besar salah satu provinsi dengan anak-anak tidak sekolah tertinggi di Indonesia.

Kondisi ini sangat berbanding terbalik bahkan menjadi jurang masa depan pemilik negeri Sulawesi Tengah jika terus di diamkan.

Kita mengacu tentang ekologis Sulawesi Tengah, sebagai daerah yang kaya akan Sumber Daya Alamanya namun bukan menjadi penunjang wajah pendidikan kita.

Persoalan pendidikan masih menjadi momok kualitas Sumber Daya Manusianya.

Sulawesi Tengah disebut sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang kaya dengan sumber daya alam, meliputi pertanian, perkebunan, peternakan, kelautan dan perikanan.

Bahkan, sektor pertambangan Sulawesi Tengah memiliki delapan jenis tambang meliputi minyak, gas, emas, nikel, batu bara, biji besih dan sebagainya.

Jika kualitas pendidikan Sulawesi Tengah masih menjadi masalah fundamental maka percayalah kita bukan lagi tuan di negeri sendiri, tetapi penonton di negeri sendiri.

Padahal kualitas pendidikan merupakan hal penting untuk kemajuan daerah apalagi kita akan memasuki era Bonus Demografi dimana proporsi penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar jika dibandingkan dengan usia nonproduktif (65 tahun ke atas).

Dengan proporsi lebih dari 60% dari total jumlah penduduk Indonesia tidak terlepas anak-anak muda Sulawes Tengah.

Tentu ini menjadi problematis tersendiri bagi kemajuan Bangsa dan Negara khususnya Sulawesi Tengah.

Hal inilah yang menjadi bahan untuk kita bersama-sama merenungkan dan menyelesaikan kondisi tersebut secara kolektif.

Untuk kemanuan daerah kita sendiri maka guru dan Dosen sebagai poros utama sm penopang kemajuan peserta didik dalam membetuk paradaban Daerah harus di perhatikan dengan baik khususnya kesejahteraan para guru dan Dosen.

Melalui Kebijakan Negera, Guru harus menjadi perhatian khusus sebagai subjek. Sehingga peran maksimal dapat dijalankan dengan baik menciptakan nilai-nilai, profesionalitas dan kapabilitas mampu tercipta.

Sehingga Sulawesi Tengah menjadi daerah yang maju, sekaligus mampu di memanfaatkan Sumber Daya Alamnya oleh pemilik negeri yang ada, sekaligus menjadi pemeran utama dalam menjawab tatantangan Bonus Demografi.**

Ayu Ardina
Tokoh Perempuan Sulawesi Tengah

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *