Bawaslu-ads
BanggaiKABAR DAERAHKABAR PENDIDIKAN

Si Batik Maleo, Siswa Pelopor Cegah DBD di Sekolah

233
×

Si Batik Maleo, Siswa Pelopor Cegah DBD di Sekolah

Sebarkan artikel ini
IMPLEMENTASI “SI BATIK MALEO” DIHARAPKAN CEGAH KASUS DEMAM BERDARAH
IMPLEMENTASI “SI BATIK MALEO” DIHARAPKAN CEGAH KASUS DEMAM BERDARAH

KABAR LUWUK –  Si Batik Maleo, Siswa Pelopor Cegah DBD di Sekolah. Dalam upaya menekan kasus demam berdarah dengue (DBD), Dinas Kesehatan Kabupaten Banggai semakin intensif menggerakkan Gerakan Jumantik (Juru Pemantau Jentik), termasuk memperluas cakupan ke lingkungan sekolah.

Gerakan ini diperkuat dengan inovasi terbaru yang melibatkan para siswa dalam peran aktif pencegahan DBD, melalui program “Si Batik Maleo”, akronim dari Siswa Berantas Jentik dan Memantau Lingkungan Sekolah.

Program Si Batik Maleo diharapkan mampu menjadikan siswa sebagai agen perubahan dalam pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti, yang menjadi penyebab utama DBD. Dalam program ini, siswa tidak hanya diberikan pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga dilatih untuk memantau keberadaan jentik nyamuk di sekitar sekolah dan tempat tinggal mereka.

Peluncuran dan implementasi dari program inovatif ini dibahas dalam Rapat Koordinasi bertajuk “Penguatan Gerakan Jumantik Lingkungan dan Implementasi Inovasi Si Batik Maleo” yang diselenggarakan pada Senin (2/9/2024) di Hotel Swissbelinn, Luwuk Selatan.

Acara ini dihadiri oleh Penjabat Sekretaris Daerah Kabupaten Banggai, Ramli Tongko, yang dalam sambutannya menekankan pentingnya peran lintas sektor dalam penanganan DBD.

Ramli menyoroti bahwa dampak dari penyakit DBD tidak hanya berpengaruh pada kesehatan individu, tetapi juga mempengaruhi kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat.

“Penanganan DBD tidak bisa hanya mengandalkan sektor kesehatan, namun juga memerlukan peran aktif dari masyarakat, termasuk sektor pendidikan,” ujarnya.

Dalam tiga tahun terakhir, kasus DBD di Kabupaten Banggai menunjukkan fluktuasi. Pada tahun 2021 tercatat hanya 6 kasus, namun melonjak menjadi 73 kasus pada 2022 dengan 1 kasus kematian.

Tahun 2023 angka ini turun menjadi 65 kasus dengan 1 kasus kematian. Hingga Juli 2024, tercatat ada 45 kasus tanpa adanya kematian.

Data ini mendorong pemerintah daerah untuk semakin memperkuat upaya pencegahan melalui program-program inovatif, seperti Si Batik Maleo.

Selain melibatkan Dinas Kesehatan, kegiatan ini juga menghadirkan berbagai pihak terkait seperti Dinas Pendidikan, Kementerian Agama, Puskesmas, pemerintah kecamatan, serta pihak sekolah.

Bersama-sama, mereka menandatangani komitmen Sekolah Bebas Jentik Cegah DBD dengan implementasi Si Batik Maleo.

Dalam rakor ini, sejumlah narasumber turut hadir untuk memberikan wawasan dan masukan terkait pencegahan DBD, di antaranya Dr. Agus Handito dari Tim Kerja Arbovirosis Kementerian Kesehatan, Edi Priyanto dari Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, dan Taufik Akbar dari Komunitas Belajar SDN Maahas.

Melalui berbagai upaya kolaboratif ini, Kabupaten Banggai berharap mampu menekan jumlah kasus DBD di masa mendatang, dengan siswa sekolah sebagai motor penggerak utama dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan. ( dkisp) **

IMIP

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *