KABAR LUWUK, PALU – Bukan paranoid tapi demi menjaga buah hati serta keluarga kecilku maka penerapan protokol kesehatan wajib aku laksanakan. Terserah orang mau bilang apa, tapi ini sudah jadi komitmen bersama yang mesti dilakukan agar sekeluarga tidak terpapar corona virus disease (covid-19), begitu kata Pricilia Armayani Lumy perempuan berusia 33 tahun warga Kabupaten Banggai yang kini ikut bersama suami di Kota Palu ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah.
Cici sapaannya menuturkan, Ia bersama Iwan suaminya sejak memulai hidup berumahtangga pada awal 2019 senantiasa mengedepankan hidup sehat. Pada bulan Juli 2019 berdasarkan hasil pemeriksaan dokter Dr Melda MN Sinolungan, Sp.Og, dirinya dinyatakan hamil, pada saat itu covid belum melanda wilayah Sulawesi Tengah.
Namun saat usia kehamilannya memasuki delapan bulan tepatnya bulan Maret 2020, Gubernur Sulawesi Tengah, Longki Djanggola menyatakan, satu warga Pasien Dalam Pemantauan (PDP) terkonfirmasi positif covid. Praktis sejak saat itu penerapan protokol kesehatan jadi hal yang wajib dilakoninya dalam kehidupan sehari-hari yakni memakai masker, menjaga jarak hingga mencuci tangan.
Pemeriksaan kehamilan ke dokter spesialis kebidanan dan kandungan katanya tetap mengedepankan protokol kesehatan. Bahkan untuk bisa menjalani pemeriksaan dirinya diwajibkan menggunakan masker dan tidak akan diperiksa jika dirinya dalam keadaan demam atau batuk serta pilek. Di tempat praktek dokter kata Cici selalu tersedia tempat cuci tangan dan cairan pembersih tangan, sehingga Ia pun mempraktekkan itu di rumahnya.
“Penerapan aturan harus menggunakan masker, mencuci tangan bahkan mandi usai beraktifitas di luar adalah hal yang wajib. Itu kita lakukan demi kesehatan bersama dalam rumah, ini berlaku sejak saya hamil hingga melahirkan dan berlanjut sampai kini,” katanya.
Jelang persalinan, tentu saja banyak hal yang mesti dipersiapkan, salah satunya dimana tempat akan menjalani proses melahirkan. Sejumlah rumah sakit di Kota Palu baik milik pemerintah dan swasta kala itu telah dipersiapkan sebagai rumah sakit perawatan pasien covid dengan penerapan standar protokol kesehatan. Kendati perawatan pasien covid terpisah dengan pasien lainnya, namun pilihan melahirkan di rumah sakit adalah opsi terakhir Cici yang saat itu ingin melahirkan secara normal.
“Kita memilih rumah sakit mana yang nanti akan jadi tempat menjalani persalinan, namun kita sepakat rumah sakit adalah pilihan terakhir. Maunya sih melahirkan normal di rumah tapi berdasarkan saran sanak keluarga maka dipilihlah melahirkan di Puskesmas yang melaksanakan rawat inap persalinan,” jelas Cici.
Tanggal 16 April 2020 menjadi hari istimewa bagi Cici bersama suami, karena pada hari itu air ketuban pertanda akan lahirnya jabang bayi telah terlihat. Ia bersama suami kemudian berangkat ke Puskesmas Kawatuna, Kecamatan Mantikulore, Kota Palu, Sulawesi Tengah. Sebelum menjalani persalinan, sejumlah protokol kesehatan wajib dijalaninya mulai pemeriksaan suhu tubuh, kondisi kesehatan dan rapid tes. Hingga akhirnya petugas penolong persalinan Yeyen Tumena, Amd,Keb menyatakan bahwa kondisi Cici dalam keadaan sehat dan siap dilayani proses persalinannya.
“Pasien dalam keadaan normal dan sehat, bisa kita layani persalinannya di tempat ini,” ucap Yeyen kepada Cici yang saat itu didampingi suami.
Tidak berselang lama bayi lelaki seberat 3.500 gram dan panjang 51 centi meter yang kemudian diberi nama Muhammad Nazril Irsyad Basir lahir dari kandungan Cici. Saat lahir berdasarkan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Nazril segera menangis dan dilaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD). Suntikan Vitamin K1 dan salep mata antibiotika profilaksis dan imunisasi HbO adalah asuhan pertamanya.
“Beruntung karena melahirkan secara normal maka perawatan di Puskesmas hanya sehari saja, setelah itu diperbolehkan pulang. Saya juga khawatir jika berlama-lama di situ bisa saja terpapar corona dari Orang Tanpa Gejala (OTG) yang keluar masuk,” ungkap Cici sembari tersenyum.
Sejak berada di rumah, Ia bersama suami lebih mengetatkan protokol kesehatan mengingat kini ada jabang bayi yang rentan terpapar berbagai macam penyakit. Apalagi saat itu Sulteng telah mencatat 29 orang positif terpapar covid, 176 ODP, 39 PDP dan tiga orang meninggal dunia. Guna meningkatkan imunitas selain asupan makanan sehat dan bergizi pada dirinya dan suami, Cici tetap mempercayakan Imunisasi pada anaknya.
Imunisasi Hb0, BCG, Polio, DPT-HB-HiB 1, DPT-HB-HiB2, DPT-HB-HiB3 telah dijalani Nazril, dimana pada setiap pelaksanaan Imunisasi yang digelar di Pos Kesehatan (PosKes) Kelurahan tetap mengedepankan protokol kesehatan baik petugas medis, ibu dan bayi. Khusus petugas kesehatan peralatan standar seperti penggunaan pakaian hazmat atau pakaian dekontaminasi, face shield serta masker juga kaos tangan adalah Alat Pelindung Diri (APD) yang wajib dipakai saat melaksanakan pemeriksaan dan imunisasi. Bagi ibu-ibu wajib menggunakan masker dan menjaga jarak.
“Saya kalau tidak menerapkan protokol kesehatan pastinya tidak mau anak saya di imunisasi di tempat itu, takut kasihan jika terpapar. Beruntung petugas kesehatan dari Puskesmas Kawatuna dalam pelaksanaan imunisasi senantiasa mengedepankan protokol kesehatan,” sebut Cici.
Kedepan imuniasi IPV, Campak dan Polio mesti dijalani Nazril yang pastinya harus mengedepankan protokol kesehatan. Cici berharap pandemi covid-19 di Indonesia bisa segera berakhir. Kendati demikian di masa new normal atau kebiasaan baru ini sangat penting melaksanakan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menjaga jarak dan senantiasa menggunakan masker. Selain bisa melindungi diri sendiri juga bisa melindungi orang sekitar.
New normal menurutnya adalah kebiasaan baru dalam berinteraksi dengan tetap melaksanakan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak. Jika itu dilaksanakan maka dia yakin Ia bersama keluarga akan tetap sehat dan tidak terpapar covid-19. ***
Penulis : Irwan K Basir (Feature ini bagian dari program Fellowship Dewan Pers terkait pandemi covid-19)