Balita menurut Handry paling bersiko karena mereka belum tahu bahaya racun itu. “Ketika bermain, balita tidak tahu mana yang kotor dan tidak. Tidak tahu mainan mengandung zat berbahaya,” kata Handry.
Kerusakan organ tubuh secara tidak langsung karena paparan timbel mengakibatkan hipertensi, gangguan fungsi ginjal, dan kelahiran bayi secara prematur. Dalam kasus yang akut dan berat, anak bisa mengalami hilang kesadaran karena terpapar racun timbel dalam dosis tinggi. “Bisa sebabkan halusinasi, gangguan kesehatan mental. Anak-anak tidak sadarkan diri atau koma dan bisa menyebabkan kematian,” kata anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia ini.

Efek jangka panjang dari keracunan pada timbel menyebabkan gangguan kemampuan berbahasa, kecepatan gerak, perilaku anti-sosial, dan agresif. Pada paparan kronik, timbel belum ada bukti ilmiah yang menyebutkan terapi apa yang paling efektif untuk mengatasi keracunan timbel pada anak, sehingga dampak yang ditimbulkan bisa menetap.
Dia menambahkan bahwa meskipun ada informasi dari riset internasional, selama ini di Indonesia belum ada riset yang menyimpulkan ambang batas timbel dalam darah yang bisa menimbulkan kerusakan saraf. Handry menyarankan orang tua harus meningkatkan kewaspadaan terhadap bahaya racun timbel, pastikan lingkungan yang aman, mainan yang aman dari timbel serta anak-anak harus rajin mencuci tangan, untuk meminimalkan kontaminasi timbel yang berasal dari debu, kotoran, dan mainan.
Selain itu, perlu aturan yang ketat ihwal penggunaan timbel untuk mengurangi dampak kesehatan pada anak. Dia mencontohkan Amerika Serikat punya aturan yang ketat sehingga dampak kesehatan dari penggunaan timbel bisa ditekan.