Bawaslu-ads
Derap Nusantara

Mengelola Hamparan Sawah Jadi Oasis di Samarinda

300
×

Mengelola Hamparan Sawah Jadi Oasis di Samarinda

Sebarkan artikel ini
Mengelola Hamparan Sawah Jadi Oasis di Samarinda
Mengelola Hamparan Sawah Jadi Oasis di Samarinda

KABAR LUWUK – Ibu kota Kalimantan Timur, Samarinda, sebagai wilayah penyangga utama Ibu Kota Nusantara (IKN) kini menapaki kemajuannya. Kota  berpenduduk nyaris satu juta jiwa itu kian sibuk. Mobilitas tinggi warganya juga menyebabkan arus lalu lintas sering macet.

Namun di tengah ingar-bingar Kota Samarinda, terdapat oasis ketenangan yang memanjakan mata sebagai pelepas penat berupa agrowisata bernama Sudut Pandang. Terletak di Jalan Giri Rejo, Kelurahan Lempake, Kecamatan Samarinda Utara, destinasi wisata ini menawarkan pemandangan sawah yang luas dan asri, bagaikan lukisan alam yang menawan.

Bagi warga Samarinda, Sudut Pandang tak kalah memikat dengan wisata alam di Pujon Kidul, Malang. Hal yang menarik, amat jarang masyarakat memanfaatkan area persawahan diolah sebagai objek wisata di tengah wilayah yang didominasi sektor pertambangan. Objek wisata ini menawarkan pesona yang menginspirasi.

Hamparan ladang padi yang hijau membentang, dihiasi dengan saung-saung dan sudut foto instagramable, menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Di sini, pelancong dapat menghirup udara segar, merasakan suasana perdesaan yang damai, dan menikmati keindahan Matahari terbenam yang memancarkan warna-warna magis di ufuk barat.

Objek wisata buatan itu tak hanya memanjakan mata, tetapi juga menghadirkan pengalaman wisata yang edukatif. Mereka dapat belajar tentang proses penanaman padi dan pentingnya menjaga kelestarian alam. Di sini, mereka juga dapat berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan merasakan keramahan khas perdesaan.

Wadah pemberdayaan

Di balik keindahannya, Sudut Pandang merupakan hasil kerja sama antara pengelola dengan masyarakat sekitar.

Pengelola mengoptimalkan lahan pertanian milik kelompok petani untuk dijadikan destinasi wisata dan memberikan sebagian keuntungannya untuk membantu memenuhi kebutuhan pertanian.

Masyarakat sekitar pun terlibat dalam pengelolaan wisata, seperti menyediakan kuliner, menata kendaraan pengunjung, menjaga keamanan, hingga menyediakan paket berkemah ala persawahan.

“Tujuan kami di sini untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar, sambil tetap menjaga kelestarian lahan pertanian,” ujar Ari Dirga, pengelola tempat wisata itu.

Mereka mengajak masyarakat untuk mencintai dan merawat lingkungan, khususnya lahan pertanian, melalui suguhan hamparan persawahan.

Kisah kawasan wisata itu tak lepas dari sosok Ari Dirga dan kawan-kawan, sang pengelola yang penuh semangat dan dedikasi menjadikan kampungnya berdaya karya.

Awalnya, lahan itu hanyalah areal pertanian yang kurang produktif. Tergerak oleh keinginan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar dan melestarikan lahan pertanian, Ari Dirga memulai upayanya dengan membangun tempat wisata di atas lahan tersebut.

Namun, perjalanan pengelolaan itu tak selalu mudah. Pada awal pembukaannya, tempat wisata ini masih belum banyak dikenal dan pengunjungnya pun masih sedikit. Namun, Ari Dirga tak patah semangat. Ia terus melakukan promosi melalui media sosial dan berinovasi untuk menarik minat pengunjung.

Akhirnya kerja keras dan kegigihan Ari Dirga dan kawan-kawan membuahkan hasil. Sudut Pandang mulai ramai dikunjungi wisatawan, baik dari Samarinda bahkan dari luar kota. Keindahan alamnya yang memesona, edukasi tentang pertanian, dan keramahan masyarakat sekitar menjadi daya tarik utama bagi para pengunjung.

Kisah sukses tempat wisata itu menjadi inspirasi bagi banyak pihak. Tempat wisata ini menunjukkan bahwa dengan kolaborasi, semangat, dan dedikasi, sebuah ide kecil dapat berkembang menjadi sesuatu yang besar dan bermanfaat bagi masyarakat.

Tempat wisata unik itu tak hanya menjadi destinasi wisata yang indah, tetapi juga contoh nyata bagaimana wisata dapat menjadi alat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan budaya lokal. Pun menjadi sarana untuk ketahanan pangan lokal.

Bagi pengunjung yang ingin merasakan pengalaman yang lebih mendalam, tempat wisata ini menawarkan berbagai kegiatan menarik. Pengunjung dapat ikut menanam hingga memanen padi.

Selain itu, juga dapat berinteraksi langsung dengan para petani dan masyarakat sekitar. Hal ini menjadi kesempatan untuk mempelajari lebih lanjut tentang budaya dan kearifan lokal di ujung Samarinda.

Objek wisata itu merupakan cermin kearifan lokal dan semangat kolaborasi yang patut dicontoh. Keindahan alamnya yang terjaga, budaya bertani yang masih dilestarikan, dan kerja sama erat antara pengelola, petani, dan masyarakat menjadi bukti bahwa dengan semangat kebersamaan dan kepedulian, hal itu dapat menciptakan manfaat bagi banyak pihak.

Kawasan wisata itu kini terus berkembang untuk memberikan pengalaman rekreatif yang lebih berkesan bagi pengunjung. Fasilitas seperti toilet, saung, mushala, dan spot foto terus diperbarui dan ditambah. Pengunjung juga dapat menikmati berbagai kuliner lokal yang lezat dan menyegarkan di warung-warung yang tersedia.

Pelepas kepenatan

Seorang pengunjung, Muhammad Zulkifli, terkesan oleh pesona objek wisata tersebut. “Pemandangannya bagaikan lukisan,” ungkapnya

Hamparan sawah hijau membentang luas yang dipeluk erat oleh lereng bukit, makin menambah daya tarik. Suasananya begitu menenangkan, bagaikan melodi alam yang merdu, mengusir segala penat di jiwa.

Untuk menikmati objek wisata itu, Zulkifli tak perlu merogoh kocek dalam-dalam karena harga tiket masuknya terjangkau. Pengelola dan penjual makanan juga ramah.

Tempat wisata itu juga menawarkan berbagai sudut memikat, salah satunya adalah lereng bukit. “Dari sini, panorama sawah semakin memukau,” tutur Zulkifli.

Dengan menikmati secangkir teh hangat dan pisang goreng sambil ditemani panorama ini, membuatnya bagaikan berada di surga dunia.

Perantauan dari Bima, NTB, ini kali pertama menemukan objek wisata itu melalui media sosial. “Banyak orang yang mengunggah foto-foto indah di sini,” katanya. Dia pun penasaran dan ingin mencoba berkunjung bareng rekan kerja. Ternyata, tempat ini melebihi ekspektasi, seakan pulang ke kampung halaman.

Bagi Zulkifli, kawasan itu adalah tempat pelarian ideal dari hiruk pikuk kota. “Di sini, saya bisa merasakan ketenangan dan kedamaian di tengah padatnya pekerjaan,” ucapnya.

Bagi yang mencari wisata panorama hijau alam yang natural, asri, dan edukatif di Samarinda, objek wisata tersebut adalah pilihan tepat. Di sini, pengunjung juga belajar tentang pentingnya menjaga kelestarian alam. (ANTARA)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!