KABAR LUWUK, BANGGAI – Menapaki kembali puncak kejayaan produksi Minyak dan Gas (Migas) menuju ketangguhan energi nasional bukanlah hal yang mustahil digapai, jika semua dilakukan secara bersama-sama dengan komintmen menjalankan sejumlah Rencana Strategis Indonesia Oil and Gas 4.0 (Renstra IOG 4.0) melibatkan seluruh kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Kepala satuan kerja khusus pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas (SKK Migas) Dwi Sucipto mempunyai visi produksi satu juta barel minyak per hari (bopd) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (Bscfd) pada tahun 2030 nanti. Toh Indonesia pernah mencapai puncak itu pada tahun 1977 dengan produsksi 1,65 juta bpod dan tahun 1994 sejumlah 1,6 juta bpod dan terakhir pada tahun 2006 dengan angka produksi satu juta bpod.
Guna menggapai dan mewujudkan ambisi itu Kepala SKK Migas Dwi Sucipto kemudian menunjuk Hery Margono sebagai ketua tim transformasi office IGO 4.0 untuk melakukan langkah transformasi perubahan yang fundamental agar capaian target produksi 1 juta bopd dan 12 miliar Bscfd terwujud pada sepuluh tahun mendatang. Tercatat ada 10 pilar yang kemudian ditetapkan SKK Migas dalam mewujudkan produksi satu juta bpod yang terdiri dari enam pilar utama dan empat pilar yang secara kolektif mempengaruhi fungsi dan kinerja. Bahkan empat pilar enabler itu kemudian diturunkan menjadi 22 program charter dengan 80 target dan 200 rencana aksi.
Enam pilar utama itu terdiri atas Mempertahankan dan meningkatkan nilai aset, Transformasi konversi penemuan sumber daya, Meningkatkan recovery factor melalui enhanced oil recovery (EOR), Mengembangkan potensi eksplorasi (Road to Giant Discovery), Melaksanakan program peningkatan daya saing pemasok nasional dan Mendorong program decommissioning yang efisien dan kolaboratif. Sedangkan empat pilar enablers terbagi dalam tiga kelompok yaitu orang, prose dan teknologi yang penjabarannya berupa memperkuat peran dan kapabilitas SKK Migas termasuk pengawasan regulasi, menarik dan meningkatkan investasi dan komersialisasi dan digitalisasi dan strategi data juga meningkatkan nilai melalui teknologi dan inovasi.
Tiga tahun pertama ada delapan program cepat yang mesti di capai sebagai bagian dari rencana strategis nasional yakni kebjiakan satu pintu sementara berjalan pada tahun 2020 ini, selanjutnya basis biaya yang kempetitif dan berkelanjutan dan strategi investasi dalam negeri dengan model bisnis inovatif (2021). Berikutnya program peningkatan pemasok nasional dan implementasi digital dan formulasi strategi data termasuk operasi center of excellence dan smart organization (2022). Pada tahun ketiga tepatnya 2023 ada dua program quick wins yang mesti berjalan dengan baik yakni manajemen operasi strategis dan representatif key account (2023).
Satu hal yang cukup membanggakan yakni saat ini SKK Migas bersama KKKS berhasil mempercepat proses rencana pengembangan (Plan of Development/PoD) sebagai upaya untuk mempertahankan cadangan migas secara berkelanjutan dengan target Reserve Replacement Ratio (RRR) mencapai 100% setiap tahunnya. Hingga Juni 2020, capaian RRR sebesar 50% dari penyelesaian delapan PoD. Pada akhir 2020 terdapat 29 PoD yang disetujui, dan menghasilkan RRR sebesar 128%. Termasuk upaya pengeboran sumur eksplorasi juga terus dilakukan sepanjang tahun 2020 ini dengan harapan adanya tambahan sumber daya baru guna memuluskan target satu juga bopd.
Tercatat pada periode semester pertama tahun 2020 terdapat tiga sumur temuan baru yang terus di eksplorasi yakni sumur PB-1, Bronang dan Wilai. Data awal menyebutkan dari ketiga sumur baru itu kemungkinan ada ketambahan sumber daya sebesar 98 juta MMboe.
Khusus di wilayah kerja SKK Migas Kalimantan dan Sulawesi ada satu sumur temuan baru yakni sumur Wolai 2 yang saat ini tengah berjalan proses eksplorasinya di Kabupaten Banggai dengan perkiraan potensi 380,92 bcgf yang nantinya dikelola oleh PT Pertamina EP.
PT Pertamina EP Asset 4 Field Donggi Matindok, Sulawesi Tengah yang beroperasi di wilayah Kabupaten Banggai memiliki dua Central Processing Unit Plant (CPP) yakni CPP Matindok dan CPP Donggi total kapasitas kedua CPP tersebut akan menghasilkan gas sekitar 105 MMCFD dan kondesat sekitar 850 BOPD. Pasokan gas dari dua CPP tersebut sudah terkontrak dengan DSLNG sebesar 85 MMSCFD hingga tahun 2027. Sementara pembangkit listrik PLN baru akan menyerap gas 20 MMSCFD mulai pertengahan tahun 2020.
Pada kurun waktu empat tahun terakhir jumlah produksi gas Pertamina EP Asset 4 Field Donggi Matindok terus melampaui target. Pada tahun 2017, rata-rata produksi Gas 82.06 MMscfd, capaian 84.22% dari target sementara rata-rata produksi kondensat 601.746 Bcpd, capaian 154.23% dari target. Pada 2018 rata-rata produksi Gas 98.63 MMscfd, capaian 109.61% dari target dan rata-rata produksi Kondensat : 911.69 Bcpd, capaian 111.90% dari target. Untuk tahun 2019 rata-rata produksi Gas 88.30 MMscfd, capaian 95.99% dari target dan rata-rata Produksi Kondensat : 805.15 Bcpd, capaian 107.39% dari target. Puncaknya pada tahun 2020 ini, pertanggal 26 September 2020 produksi rata-rata produksi Gas : 99.28 MMscfd, capaian 122.67% dari target dan rata-rata produksi Kondensat : 893.16 Bcpd, capaian 144.99% dari target.
Kendati jalan itu masih panjang namun semua pihak optimis target satu juta bopd dan 12 miliar Bscfd bakal tercapai di tahun 2030 mendatang. Tantangan yang harus segera diselesaikan yakni Rumitnya Perizinan, Ketidaktersediaan Data, Hambatan di Daerah Operasi, Proses Monetisasi Migas yang Semakin Lama, Ketakutan Mengambil Keputusan (Kriminalisasi Kebijakan), Kendala Akuisisi Lahan, Rezim Fiskal dan Tumpang Tindih Peraturan Pusat – Daerah. Sementara enablers yang juga tidak kalah penting untuk disegerakan yakni Fleksibilitas Bentuk Kontrak Bagi Hasil, RUU Cipta Kerja, RUU Migas, KKP Fund Open Area, One Door Service Policy, Digitalisasi dan Open Data. Terakhir sudah barang tentu harapannya yakni adanya Kepastian Hukum, Keterbukaan Data, Fleksibelitas Sistem Fiskal, Sistem Perpajakan Bersaing, Insentif dan Penalty. (Irwan K Basir)