Mengecam Tindakan Pengrusakan Habitat Flora dan Fauna Endemik Sulawesi yang termasuk dalam Gugusan Wallacea
KABAR LUWUK, BANGGAI – Keberadaan sekolah alam “Mian Nu Lipuknyo” milik yayasan Labolo education center di wilayah Tandalo Hills, Desa Bantayan, kecamatan Luwuk Timur menuai sorotan. Bahkan LSM IGUANA Tompotika menuding keberadaan Tandalo Hills adalah upaya penguasaan lahan oleh yayasan berkedok sekolah alam. Hal itu diungkap Zaldi Putra Abd Gani, ketua bidang Lingkungan Hidup, Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat di LSM IGUANA Tompotika, Kamis (5/3/2020).
Menurut Adhilo sapaan akrabnya, keberadaan sekolah alam adalah upaya terselubung yang tujuannya adalah penguasaan lahan. Saat ini ratusan hektar hutan produktif telah di babat untuk pembangunan sekolah alam itu. Padahal di areal tersebut dan sekitarnya tidak didiami oleh komunitas Adat Loinang dan wilayah tersebut tidak terpencil karena berdampingan dengan beberapa desa serta masuk dalam wilayah pemukiman masyarakat transmigrasi.
“Ini adalah kedok penguasaan lahan berkodok yayasan pendidikan, saat ini ratusan hektar hutan produktif telah dibabat. Sejatinya sekolah alam itu diperuntukan bagi komunitas adat yang pastinya lokasinya jauh dipedalaman dan jauh dari permukiman penduduk. Namun faktanya lokasi ini hanya berjarak sekira empat puluh kilometer dari Kota Luwuk dan memiliki akses jalan lebih bagus dari desa sekitar,” kata Adhilo.
LSM IGUANA Tompotika menyebutkan, di areal itu telah terjadi kerusakan lantaran pembabatan hutan yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Hal ini sudah barang tentu mengganggu ekosistem tempat hidup beberapa flora dan fauna endemik Sulawesi yang mendiami tempat itu.
“Pastinya telah terjadi kerusakan flora dan fauna di lokasi itu, bahkan keberdaan hewan endemik di wilayah ituu kian terancam punah,” tambahnya.
Berdasarkan hasil penelusuran LSM IGUANA Tompotika, sekolah alam ini dibangun tanpa melalui kajian lingkungan hidup serta tidak dilengkapi dokumen AMDAL. Jikapun ada maka kajian lingkungan serta AMDAL itu dibuat tanpa melalui mekanisme yang seharusnya.
Menariknya lagi di lokasi sekolah alam itu kini dilengkapi dengan fasilitas berupa lapangan futsal dan jalan mulus yang informasinya di danai dari APBD Banggai. Sehingga hal itu membuat sejumlah desa sekitar merasa kecewa karena di wilayah mereka jalanan hingga kini masih rusak.
Adhilo juga menyebutkan saat ini sejumlah pohon Eucalyptus atau bahasa lokalnya kayu kolam atau kayu Inggris banyak yang telah ditebangi. (IkB)