KABAR OPINI

Kontroversi 500 Kitab Abuya Ghufron dalam Bahasa Suryani Viral di Media Sosial

3194
×

Kontroversi 500 Kitab Abuya Ghufron dalam Bahasa Suryani Viral di Media Sosial

Sebarkan artikel ini
Karunia Apriliany
Karunia Apriliany.

KABAR LUWUK  –  Kontroversi 500 Kitab Abuya Ghufron dalam Bahasa Suryani Viral di Media Sosial. Abuya Ghufron Al-Bantani, yang dikenal sebagai Abuya Mama Ghufron, baru-baru ini menghebohkan publik dengan klaimnya bahwa ia telah menulis 500 kitab dalam bahasa Suryani.

Klaim ini segera memicu perdebatan sengit dan viral di media sosial, menarik perhatian banyak pihak yang meragukan kebenarannya.Kamis 4/7/2024.

Awal mula kontroversi ini terjadi ketika publik menantang Abuya Mama Ghufron untuk membuktikan klaimnya.

Namun, Abuya Mama Ghufron tetap teguh pada pendiriannya dan membela diri dengan penuh emosi dalam video ceramah yang kemudian disorot oleh masyarakat luas.

Dalam ceramah tersebut, Abuya Mama Ghufron menyatakan bahwa ia benar-benar telah menulis 500 kitab tersebut, meskipun banyak yang meragukan hal ini.

Aktivis Islam, Farid Idris, ikut angkat bicara mengenai masalah ini. “Saya lihat ajaran Mama Ghufron di YouTube. Isinya sesat,” kata Farid dalam pernyataan yang diberikan kepada redaksi suaranasional.com pada Rabu (19/6/2024).

Menurut Farid, ajaran yang disebarkan oleh Abuya Mama Ghufron telah meresahkan masyarakat, terutama bagi mereka yang masih memiliki pemahaman Islam yang lemah.

Farid juga menegaskan bahwa Kementerian Agama (Kemenag) harus segera mengambil tindakan tegas terhadap Abuya Mama Ghufron. “Masyarakat yang pemahaman Islam masih lemah bisa terpengaruh ajaran sesat Mama Ghufron,” ungkapnya.

Farid juga menyoroti bahwa Abuya Mama Ghufron dan pengikutnya terus menyebarkan ajaran yang dianggap sesat di media sosial.

“Mama Ghufron terus mencari panggung untuk menyebarkan kesesatannya,” tegasnya. Menurut Farid, kasus penistaan agama semakin marak dan terang-terangan, serta kurangnya sanksi tegas dari pemerintah menyebabkan kasus serupa terus berulang.

Penistaan agama, seperti yang dilakukan oleh Abuya Mama Ghufron, tidak hanya meresahkan tetapi juga membahayakan masyarakat, terutama bagi mereka yang baru belajar tentang Islam.

Mereka yang semangat belajar agama bisa saja tersesat jika bertemu dengan ajaran yang menyimpang. Selain itu, kasus-kasus seperti ini dapat menggoyahkan akidah umat Islam.

Kejadian seperti ini memang mudah terjadi dalam sistem demokrasi sekuler yang mengakui kebebasan berpendapat.

Kebebasan ini sering kali dijadikan tameng oleh pihak-pihak yang menyebarkan ajaran sesat atau menistakan agama. Imam Al-Mawardi dalam kitabnya Al-Ahkam as-Sulthaniyyah menyebutkan bahwa tugas utama pemimpin adalah menjaga agama dan mengatur dunia dengan agama.

Begitu pula dengan Imam Al-Ghazali yang menyatakan bahwa agama dan kekuasaan bagaikan saudara kembar, di mana agama adalah fondasi dan kekuasaan sebagai penjaga.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa pemimpin atau penguasa seharusnya menjadi penjaga rakyatnya, termasuk menjaga akidah mereka.

Dalam Islam, semua perbuatan haruslah terikat dengan hukum syara. Perilaku dan perkataan kita tidak boleh menyimpang dari hukum syara. Jika melanggar, harus siap mendapatkan sanksi tegas dari negara.

Islam juga memiliki sistem pendidikan yang mampu membangun keimanan yang kuat dan melahirkan generasi yang berkepribadian Islam yang selalu menjaga kemuliaan Islam dan umatnya. Dengan pendidikan Islam yang kuat, umat akan mampu membentengi diri dari ajaran yang sesat dan kemaksiatan.

Kontroversi seputar 500 kitab Abuya Mama Ghufron ini harus menjadi perhatian serius pemerintah dan masyarakat. Langkah tegas dan pendidikan agama yang kuat menjadi kunci untuk mencegah kasus serupa di masa mendatang, serta memastikan bahwa ajaran Islam yang benar terus dijaga dan disebarkan dengan baik.(*)

Penulis : Karunia Apriliany.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *