KABAR LUWUK – JOB Pertamina Medco E&P Sulawesi (JOB Tomori) mempertahankan capaian PROPER Emas, penghargaan tertinggi bidang lingkungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, untuk ke-empat kalinya. Tahun ini JOB Tomori, melalui program Pertanian Berkelanjutan Petani Banggai (Panutan Banggai) di Kecamatan Moilong, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Melalui program ini, terjadi perluasan lahan pertanian organik sebesar 85 Ha dan inovasi pemberantas hama.

Tahun ini terdapat 4.495 perusahaan yang terdaftar dalam penilaian PROPER, dimana 85 perusahaan mendapat PROPER Emas, 227 perusahaan PROPER Hijau, 2.649 perusahaan PROPER Biru, 1.313 perusahaan PROPER Merah, dan 16 perusahaan dapat PROPER hitam.
Panutan Banggai merupakan program Inovasi Sosial yang bertujuan menyelesaikan permasalahan kegagalan panen yang dialami para petani melalui implementasi Serak Sulawesi Pahlawan Cegah Kematian Petani (Sersan Cemani), mensupport program pengembangan Kompos Bikin Hidup Lebih Baik (Pos Bidik), Pompa Air Tenaga Kincir Angin, dan Eko-Eduwisata Burung Hantu yang menyasar pada 5 kelompok rentan, yaitu 100 orang petani pemilik, 25 orang buruh tani, 4 orang kelompok usaha kecil, 74 orang masyarakat pra sejahtera, dan 20 orang anak-anak.
“Selain sebagai pendukung ketahanan energi industri dan masyarakat di Sulawesi Tengah, JOB Tomori juga berkomitmen untuk mendukung program pemerintah dan agenda internasional Sustainable Development Goals, dimana tahun ini kami fokus pada ketahanan pangan dengan menyelesaikan permasalahan pertanian, khususnya hama yang menyebabkan gagal panen. Kami berharap melalui program ini, Kabupaten Banggai menjadi sentra pertanian berkelanjutan ramah lingkungan dan petani sejahtera,” tutur GM JOB Tomori, Andry.
Inovasi sosial ini telah berhasil memenuhi kebutuhan kelompok rentan dimana kejadian gagal panen tidak terjadi karena tingkat serangan hama tikus berkurang, petani dan buruh tani dapat bekerja dengan aman, menumbuhkan empat UMKM baru sebagai perputaran roda perekonomian masyarakat, mengentaskan masyarakat rentan sehingga memiliki pendapatan diatas Upah Minimum Kab. Banggai, dan tersedianya akses ruang terbuka hijau bagi anak-anak untuk bermain dan belajar di Eko-Eduwisata Burung Hantu.
Business Support Senior Manager Agus Sudaryanto mengatakan program ini memiliki inovasi unik dan satu-satunya di Kabupaten Banggai yakni invensi konstruksi rumah burung serak sulawesi Tyto rosenbergii dengan menggunakan material beton ramah lingkungan. Saat ini terdapat 89 ekor Serak Sulawesi yang menggunakan 59 rumah inovasi tersebut.
“Melalui pembelajaran terus menerus, kami mengembangkan ekosistem lingkungan burung hantu yang berkelanjutan seperti klinik burung hantu, rumah tahan cuaca dan ekowisata sehingga masyarakat memahami peranan pentingnya burung hantu sebagai sahabat petani Banggai. Kami menyebutnya ‘inovasi menghidupi yang menghidupkan’,” ujar Agus.
Melalui program tersebut juga tumbuh kelembagaan lokal yakni kepengurusan pokdarwis Sumberharjo sebagai pengelola Eko-Eduwisata Burung Hantu. “Dengan program ini kami sadar bahwa burung predator hama tikus tyto rosenbergii adalah sahabat kami para petani. Mereka menyelamatkan kami para petani yang dulu harus memberantas hama tikus dengan setrum sehingga muncul korban jiwa. Burung hantu bukan pembawa sial, tapi penjaga kehidupan petani,” tutur Local Hero Lamri. (*)