BanggaiKABAR DAERAH

Hutan Banggai Hilang, Anak Masyarakat Adat Kahumamahon Kekurangan Gizi

1119
×

Hutan Banggai Hilang, Anak Masyarakat Adat Kahumamahon Kekurangan Gizi

Sebarkan artikel ini

Perubahan Iklim serta dampak terhadap komunitas adat Kahumamahon

Perubahan iklim kata Tuloi merupakan ancaman terbesar saat ini bagi masyarakat adat Kahumamahon. Perubahan iklim mengancam masyarakat adat dengan berbagai dampak, seperti kehilangan tanah garapan pertanian karena beberapa wilayah menjadi kering saat kemarau dan banjir saat musim penghujan.
Deforestasi berupa perluasan perkebunan kelapa sawit oleh salah satu perusahaan perkebunan meliputi luasan inti yang terus bertambah melingkupi sebagian besar dusun Tombiobong jadi ancaman bagi komunitas adat setempat.

Hal itu diperparah dengan adanya perkebunan plasma milik masyarakat luar komunitas adat yang terus merangsek lahan masyarakat adat. Perkebunan sawit juga menyebabkan sejumlah lahan pertanian warga kebanjiran dan terendam air, yang membuat sejumlah tanaman pangan rusak dan tidak bisa dipanen lagi. Keberadaan perkebunan sawit juga mempersempit wilayah perburuan komunitas adat guna memenuhi sumber protein mereka.

“Areal perburuan komunitas sekarang semakin jauh karena hampir seluruh area terdekat sudah ditanami sawit oleh perusahaan perkebunan, kalau dulu satu hari berjalan kita sudah dapat menemui hewan buruan namun sekarang tiga hari belum tentu ketemu,” kata Tuloi.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Banggai Daniel Tandi menyebutkan perubahan iklim adalah perubahan jangka panjang dalam suhu dan pola cuaca global yang seringkali dikaitkan dengan peningkatan emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia.

Sejumlah peralatan pemantau cuaca BMKG Banggai. (foto : kabarluwuk)

Aktivitas manusia beberapa diantaranya yakni kegiatan penebangan hutan atau penggundulan hutan yang mengubah kawasan hutan menjadi kawasan lain. Deforestasi dapat berdampak negatif bagi lingkungan, seperti bencana alam, kerusakan keanekaragaman hayati, dan hilangnya fungsi hutan.

Berdasarkan data BMKG, selama 43 tahun di Kabupaten Banggai mengalami 1 derajat perubahan cuaca. Perubahan cuaca 1 derajat yang dimaksud yakni setiap tahun di daerah ini mengalami naiknya curah hujan, suhu dan kelembaban pada angka 1 derajat dari angka normal.

Kendati demikian belum ada cuaca ekstrem baik panas maupun hujan yang terjadi. Hanya saja di Kabupaten Banggai beberapa kali terjadi anomali cuaca diluar prediksi. Curah hujan dan panas yang intensitasnya tinggi berlangsung tidak lama.

“Rata-rata memang di Banggai terjadi peningkatan perubahan cuaca, tetapi perubahan cuaca itu belum mencapai kondisi ekstrem. Masih umum seperti kalau hujan dengan intensitas tinggi yang beberapa wilayah mengalami banjir,” katanya.

Anomali lainnya yakni terjadi peningkatan suhu rata-rata di Kabupaten Banggai yang datang secara tiba-tiba yang dimungkinkan oleh siklon tertentu namun hilang dalam waktu beberapa saat. Peningkatan suhu rata-rata kata Daniel masih dalam kisaran 1 derajat dari suhu normal yang ada di Kabupaten Banggai yakni antara 26 derajat sampai 33 derajat.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *