Oleh : Irwan K Basir (kabarluwuk.com)
KABAR LUWUK – Rumah panggung berbahan papan dan beratap seng yang berkarat berdiri di Dusun Tombiobong, Desa Maleo Jaya, Banggai, Sulawesi Tengah. Tujuh anak tangga berbahan kayu di depan rumah menjadi satu-satunya akses masuk tamu. Di rumah itu terdapat teras seluas 1 x 2 meter, satu ruang tamu tanpa perabotan, kamar seluas 2×3 meter, dan dapur.
Rumah yang tidak tersentuh cat itu dihuni Tatu dan Udu bersama tiga orang anak mereka. Tatu merupakan sebutan bagi lelaki di komunitas adat Kahumamahon dan Udu adalah sebutan bagi perempuan. Keduanya pasangan suami istri yang mengikuti program pemerintah setempat untuk meninggalkan kehidupan berpindah-pindah.

Keluarga itu memenuhi kebutuhan mandi, mencuci dan buang air besar menggunakan satu bilik WC berukuran dua meter persegi yang berjarak lima meter dari rumah. WC ini baru sekitar tiga tahun lalu dibangun pemerintah bekerja sama dengan sejumlah perusahaan.
Bahan WC terbuat dari papan kayu dan atap rumbia. Sebagian WC masyarakat adat terlihat rusak karena menggunakan kayu kapuk yang mudah rusak jika terkena air. Keluarga masyarakat adat itu baru menggunakan penerangan listrik sejak dua tahun lalu. Sebelumnya mereka menggunakan lampu minyak.
Tatu mengisahkan proses kelahiran Bulan, anak bungsu yang lahir pada 12 Februari 2024. Menurut dia, bidan desa menyatakan Bulan terkena stunting. Bidan kader posyandu membantu proses persalinan Bulan. Putri bungsu mereka ini lahir sekira pukul 03.00 Waktu Indonesia Tengah (WITA) dengan berat kurang dari dua kilogram.
Sejak hamil, Udu kekurangan energi kronik atau KEK. Kekurangan energi kronis merupakan kondisi ketika tubuh kekurangan asupan gizi dalam waktu yang lama. Penyebabnya berbagai faktor, seperti kebiasaan makan yang tidak sehat maupun asupan gizi dan pengeluaran energi yang tidak seimbang.
Umur Bulan kini satu tahun lebih. Tatu berharap anaknya bisa membantunya bertani di ladang saat dewasa. Dia mengatakan, saat hamil Udu kurang mendapatkan asupan gizi. Mereka mengandalkan sumber protein hewani dari hasil berburu ayam hutan, burung, babi dan rusa di hutan.
Tatu menyebutkan berburu binatang kini makin sulit karena perusahaan kelapa sawit membabat hutan.
“Harus berburu dan berjalan ratusan kilometer. Hutan kami habis, ” kata Tatu sembari mengunyah pisang goreng ditemui di rumahnya, Sabtu, 5 April 2025.
Udu berusaha memberikan air susu ibu secara intensif untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan anaknya dalam kondisi stunting. Berat Bulan kini 7,4 kilogram dan memenuhi berat balita normal. Idealnya, berat badan bayi perempuan umur 14 bulan adalah 7,4–12,1 kg dan 8,1–12,6 kg untuk bayi laki-laki.
Masyarakat adat Kahumamahon serumpun dengan masyarakat adat Loinang. Kabupaten Banggai memiliki empat suku besar yang terdiri dari meliputi Suku Banggai, Balantak, Saluan dan Andio. Empat suku ini tinggal di pedalaman Gunung Banggai. Suku Saluan terdiri dari komunitas adat Loinang yang merupakan komunitas terbesar. Ada juga masyarakat adat Ta’a, yang masih menjalankan cara hidup nomaden seperti zaman nenek moyang mereka. Ada juga masyarakat adat Kahumamahon yang tinggal di Desa Maleo Jaya.
Desa itu memiliki luas sebesar 10,54 ribu hektare. Sebanyak 40% atau tepatnya 4,6 ribu ha ditanami kelapa sawit yang mempercepat laju deforestasi. Perkebunan sawit berada di sekitar ladang dan wilayah perburuan masyarakat adat.
Tahun 2011 pemerintah provinsi dan kabupaten punya program menempatkan sekitar 35 kepala keluarga komunitas adat Kahumamahon atau 300 jiwa melalui rumah hunian. Pemerintah meminta mereka meninggalkan cara hidup nomaden atau berpindah-pindah di hutan supaya tinggal dan berbaur dengan masyarakat di Desa Maleo Jaya, Kecamatan Batui Selatan.
Dusun Tombiobong, Maleo Jaya yang menampung komunitas adat Kahumamahon berjarak 34 kilometer dari Ibu Kota Kecamatan Batui Selatan. Hampir sebagian besar jalan menuju Desa Maleo jaya belum beraspal. Jalan sepanjang tujuh kilometer terlihat rusak parah.
Komunitas adat Kahumamahon mendiami dusun itu selama 14 tahun. Mereka mengeluhkan sulitnya akses layanan kesehatan dan akses jalan karena rusak. Kini, mereka harus menanggung dampak kerusakan hutan karena perkebunan sawit yang menggusur sumber kehidupan mereka, seperti hewan buruan dan berbagai tanaman hutan.
Menuju Dusun Tombiobong hanya bisa menggunakan sepeda motor. Selain banyak jalan yang belum beraspal, di sana juga terdapat satu sungai yang membatasi dusun dengan desa induk. Jembatan gantung yang membentang sepanjang 130 meter menjadi satu-satunya akses jalan.
Kabupaten Banggai, merupakan satu dari 13 kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Ibu kota nya adalah Luwuk. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 9.672,70 km², dan berpenduduk sebanyak 376.808 jiwa. Kabupaten Banggai berdiri pada 4 Juli 1956, berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1956. Kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kerajaan Banggai yang meliputi wilayah Banggai daratan dan Banggai Kepulauan.