KABAR LUWUK – Harapan Siswa Desa Lontio, Menanti Tumpangan Menuju Pendidikan. Setiap pagi, ratusan siswa SMP dan SMA di Desa Lontio, Kecamatan Bunta, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, menghadapi tantangan yang sama: menunggu tumpangan kendaraan untuk pergi ke sekolah.
Jarak sekitar 9 kilometer ke Kecamatan Bunta bukanlah perjalanan yang terlalu jauh, tetapi kondisi transportasi yang sulit membuat perjalanan ini menjadi perjuangan tersendiri bagi para pelajar. Senin 23 September 2024.
Pemandangan para siswa yang berdiri di tepi jalan dengan harapan akan kendaraan yang melintas menjadi hal yang biasa.
Mereka tak pilih-pilih tumpangan, baik itu sepeda motor, mobil pribadi, mobil pikap, truk, bahkan kontainer. Setiap pagi, mereka harus bersabar menunggu, dan sering kali ini menyebabkan keterlambatan mereka untuk masuk sekolah.
Salah satu pelajar yang ditemui setelah pulang sekolah mengungkapkan, “Kami sering harus menunggu lama untuk mendapatkan tumpangan.
Kadang, kami terlambat sampai sekolah dan tidak bisa ikut upacara bendera pada hari Senin.” Meskipun para guru di sekolah memahami situasi mereka, ketinggalan pelajaran tetap menjadi masalah yang serius.
Sebelumnya, ada layanan antar-jemput menggunakan mobil roda tiga (viar) yang disediakan dengan tarif hanya Rp 1.000 per orang. Namun, layanan ini kini berhenti beroperasi karena banyak keluarga yang tidak mampu membayar akibat kondisi ekonomi yang sulit.
Menurut seorang orang tua siswa, sekitar 70 anak dari Desa Lontio mengalami masalah yang sama dalam hal transportasi ke sekolah.
“Saat ini, kami berharap pemerintah dapat turun tangan untuk membantu mengatasi kesulitan ini,” ungkap seorang orang tua yang tidak mau disebutkan namanya.
Mereka menginginkan adanya bantuan transportasi, seperti bus sekolah atau kendaraan lain yang bisa digunakan untuk mengantar para siswa tepat waktu. “Yang penting anak-anak bisa sekolah tanpa harus menunggu tumpangan lagi,” tambahnya dengan penuh harapan.
Situasi ini mencerminkan realitas yang dihadapi oleh banyak siswa di daerah terpencil, di mana akses pendidikan sering terhambat oleh masalah transportasi.
Pemerintah dan pihak terkait diharapkan dapat memperhatikan dan mengambil langkah konkret untuk meningkatkan akses pendidikan di daerah ini, sehingga para siswa dapat menempuh pendidikan tanpa harus terhambat oleh masalah transportasi.
Di tengah tantangan ini, semangat belajar para siswa di Desa Lontio tetap tinggi. Mereka tetap berusaha untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik meskipun harus menghadapi berbagai rintangan. Harapan akan transportasi yang lebih baik adalah langkah pertama menuju masa depan yang lebih cerah bagi mereka.***