KABAR LUWUK, PALU – Guna mengembangkan dan menyebarluaskan pemahaman kebebasan beragama dan berekspresi melalui kerja-kerja jurnalistik, Serikat Jurnalis Untuk Keberagaman (SEJUK), Internews dan AJI Palu pada Jumat (21/2/2020) hingga Sabtu (23/2/2020) menggelar Workshop & story grant bertajuk “Meliput Isu Kebebasan Beragama dan Berekspresi di Sulawesi Tengah” di salah satu hotel yang ada di Kota Palu. Sebanyak 25 jurnalis dari Palu, Banggai, Kendari, Makassar, Gorontalo dan Sulawesi Barat ikut dalam kegiatan itu.
Kegiatan itu digelar SEJUK, Internews dan AJI Palu agar jurnalis dalam menjalankan tugasnya dapat menumbuhkan kesadaran bersama tentang pentingnya penghargaan terhadap prinsip-prinsip kebebasan beragama atau berkeyakinan dan kebebasan berekspresi. Selain itu diharapkan dapat berkembang dan meluasnya pemahaman kebebasan beragama atau berkeyakinan dan berkekspresi lewat kerja-kerja jurnalistik.
Hal penting lainnya yakni tergambar pola maupun peta media dan jurnalis di daerah dalam memberitakan isu keberagaman, terkuatkan fungsi watchdog media atau jurnalis dalam menuntut negara melindungi segenap warga di tengah fakta keberagaman, Tumbuhnya kesadaran pentingnya media atau jurnalis menjalankan fungsi edukasi perihal penghargaan terhadap keberagaman berbasis SARA dalam pemberitaannya. Diharapkan pula melalui kegiatan itu, tergeraknya media dan jurnalis dalam memberitakan isu kebebasan beragama dan berekspresi melalui stimulus beasiswa terbatas program story grant, tepublikasikannya karya-karya jurnalistik yang ramah terhadap keberagaman dan terbangun jaringan jurnalis yang ramah dan menghormati kebinekaan dan prinsip kebebasan beragama.
Tiga pemateri yakni Refendi Djamin yang membawakan materi HAM dan KBB, Ika Ningtyas Ningrum dengan materi keamanan digital dan Rita Ariyanti dengan materi Gender dihadirkan pada kegiatan itu. Selain pemateri dihadirkan pula empat narasumber dari Ahmadiyah dan Pelkesi yang menceritakan tentang kehidupan keberagaman di Sulawesi Tengah.
Agus Panca Saputra salah satu jurnalis media online pada kegiatan itu mengatakan, ternyata banyak dosa yang tanpa sengaja telah dilakukan jurnalis dalam pemberitaannya. Kebanyakan dosa yang dilakukan yakni penggunaan diksi yang tidak berprespektif keberagaman sehingganya ada pihak yang kemudian terekploitasi atau dirugikan. Melalui kegiatan itu Agus merasa timbul kesadarannya untuk tetap mengedepankan keberagaman dalam pembuatan berita.
“Setelah mengikuti kegiatan ini ternyata banyak dosa yang tanpa sengaja kita lakukan, diksi yang sering kita gunakan baik judul maupun isi berita membuat pihak lain dirugikan sehingganya kedepan saya akan lebih mengedepankan nilai kemanusiaan dan keberagaman,” tuturnya.
Emy jurnalis lainnya asal Banggai pada kesempatan itu mengucapkan terimakasih kepada SEJUK, Internews dan AJI Palu yang telah menggelar kegiatan ini. Banyak ilmu dan pengetahuan baru yang diperolehnya setelah mengikuti workshop itu yang nantinya akan dipraktekan dan ditularkan kepada rekan jurnalis lainnya di Kabupaten Banggai.
Para jurnalis pada akhir kegiatan bersepakat akan menyuarakan suara yang tidak bersuara dalam Isu kebebasan beragama dan berekspresi didaerahnya masing-masing. (IkB)