Syaratnya Kepala Harus Terpisah Sedangkan Kaki Dapat Menyatu
KABAR LUWUK – Ue Mojojo Sungai Simpong, cerita rakyat tentang berpindahnya air sungai dari Banggai Laut ke Banggai Darat. Bagaimana sejarah atau cerita rakyat tentang kuala atau sungai Simpong ini terbentuk.
Ue Mojojo Sungai Simpong dalam artian bahasa saluan yakni air merajuk sungai Simpong. Peristiwa tersebut konon awal ceritanya. Ada salah satu rumah tangga yang telah lama menempati lokasi yang rumahnya berdekatan dengan sungai di Kabupaten Banggai Laut. Pada suatu ketika seorang pembantu rumah tangga yang tugasnya menjaga bayi hendak menidurkan bayi majikannya.
Sang bayi pada saat itu dalam ayunan tidak henti-hentinya menangis. Sejumlah cara telah dilakukan untuk menenangkan bayi tersebut, namun sang bayi tidak berhenti menangis.
Pembantu atau pengasuh bayi muncul kekesalan mengapa bayi tidak dapat tertidur. Setelah ditelusuri ternyata adanya pengaruh suara gemuruh air. Lantaran kesalnya si pengasuh bayi tersebut berkata yang tidak baik pada air dimaksud.
“Hai air akibat dari suaramu bayi tidak dapat tertidur, pergilah yang jauh dari tempat ini,” kata pengasuh bayi.
Tanpa disadari selanjutnya air-pun pergi (Mojojo/merajuk) meninggalkan tempat tersebut. Terbukti pada waktu azan subuh sang majikan hendak sholat menemukan ternyata air yang berada di tempayan setitikpun tidak ada lagi. Sejenak ia berfikir dan sadar ternyata air sungai-pun sudah mengalir dan kering.
Sehingga majikan tersebut bertanya kepada sang pengasuh bayi mengapa terjadi demikian? apa penyebab Ue Mojojo (air merajuk).
Spontanitas pengasuh menjawab saya telah mengeluarkan ucapan yang tidak baik pada air sungai akibat kekesalannya yang menyebabkan Ue Mojojo. Seketika itu juga sang majikan mengeluarkan kata kamu telah terkutuk dengan tiba – tiba sang pengasuh berubah menjadi batu.
Sungai Simpong Gabungan Mata Air
Cerita selanjutnya air yang pergi (Ue Mojojo) meninggalkan daerah itu berpindah ke daerah Banggai Darat (Kabupaten Banggai –red). Mencari tempat untuk bergabung di sungai yang berada di Banggai Darat. Sayangnya semuanya menolak kecuali sungai yang berada di Hanga – Hanga yang namanya mata air Piala.
Namun sebelum disetujui bergabung mata air Piala memberikan syarat kepada sungai baru yang harus dipenuhi. Persyaratan bisa bergabung dengan ketentuan “kepala harus terpisah (mata air) sedangkan kaki (muara) dapat menyatu,”.
Itulah sungai yang hingga saat ini dikenal dengan nama sungai Simpoung tepatnya sungai yang berada ditengah kota Luwuk sekarang. (Dihimpun dari berbagai sumber)