KABAR DAERAH

“Tano Bolukan” Empat Kerajaan Kecil Di Banggai

985
×

“Tano Bolukan” Empat Kerajaan Kecil Di Banggai

Sebarkan artikel ini
"Tano Bolukan" Empat Kerajaan Kecil Di Banggai
"Tano Bolukan" Empat Kerajaan Kecil Di Banggai

KABAR LUWUK – “Tano Bolukan” Empat Kerajaan Kecil Di Banggai Kepulauan. Sejarah Kerajaan Banggai mengalami beberapa perubahan dan perkembangan seiring berjalannya waktu. Sebelumnya, daerah ini dikenal dengan nama “Tano Bolukan” dan merupakan hasil penggabungan beberapa kerajaan kecil. Terdapat empat kerajaan yang berdaulat di wilayah Banggai pada masa tersebut.

Kerajaan pertama adalah Babulau, terletak sekitar 5 km dari desa Tolise Tubuno. Selanjutnya adalah Kokini, berkedudukan di desa Lambako. Kerajaan ketiga adalah Katapean, berkedudukan di desa Sasaba sekitar 5 km dari sana. Kerajaan terakhir adalah Monsongan dan Singgolok, berkedudukan di Bungkuko Tatandak sekitar 7 km dari desa Gonggong.

Keempat kerajaan ini dipimpin oleh sekelompok pemimpin yang dikenal sebagai “Basalo Sangkap” (Empat Besar). Mereka berfungsi sebagai Dewan Kerajaan dalam Kerajaan Banggai. Masyarakat Banggai menyebut dan menganggap mereka sebagai “Tano Bukuno” atau “Tano Tumbuno”, yang berarti penduduk asli atau orang Banggai asli.

Selain itu, terdapat juga kerajaan lain di daerah Banggai. Salah satu kerajaan tertua adalah kerajaan bersaudara Buko-Bulagi yang berada di Pulau Peling (Peleng) bagian barat. Kemudian muncul pula kerajaan-kerajaan baru seperti Sisipan, Liputomundo, dan Kadupang, yang semuanya berada di Pulau Peling tengah.

Kerajaan Banggai Darat

Di sisi lain, terdapat juga kerajaan di Banggai Darat, seperti kerajaan Bualemo di sebelah utara dan tiga kerajaan bersaudara Motiandok, Balalowa, dan Gori-Gori di sebelah selatan.

“Tano Bolukan” Empat Kerajaan Kecil Di Banggai. Perkembangan Kerajaan Banggai yang terpusat di Pulau Banggai menjadi yang paling dominan di antara kerajaan-kerajaan lainnya. Pada akhir abad ke-16, saat masih berada di bawah kepemimpinan Kesultanan Ternate, kerajaan Banggai mengalami kemajuan pesat dan menjadi yang utama di wilayah tersebut.

Sejarawan H. S. Padeatu dalam bukunya “Sepintas Kilas Sejarah Banggai” juga menyebutkan beberapa kerajaan kecil di Banggai Kepulauan, antara lain kerajaan Buko, Bulagi, Peling, Saluap, Lipotomundo, Kadupang, Sisipan, Bonggananan, dan Banggai. Penduduk di kerajaan-kerajaan ini adalah orang asli yang menggunakan bahasa Aki atau bahasa Banggai.

Salah satu kerajaan yang terkenal di antara semua kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tompotikka di Banggai Darat dan Kerajaan Bongganan di Banggai Kepulauan. Bahkan hingga saat ini, nama “Banggai” masih digunakan sebagai nama kabupaten, yaitu Kabupaten Banggai dan Kabupaten Kepulauan Banggai.

Perkembangan Kerajaan Banggai terus berlanjut setelah periode di bawah kepemimpinan Kesultanan Ternate. Pada abad ke-17, kerajaan ini mulai menjadi pusat perdagangan dan memiliki hubungan yang erat dengan pedagang dari Tiongkok, Spanyol, Belanda, dan Arab. Banggai menjadi pusat perdagangan rempah-rempah dan komoditas lainnya, seperti kayu, cengkeh, dan gaharu.

Pada awal abad ke-19, Banggai menjadi bagian dari Hindia Belanda setelah wilayah ini dikuasai oleh VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) dan kemudian oleh pemerintah kolonial Belanda. Di bawah pemerintahan kolonial Belanda, sistem pemerintahan dan administrasi modern diterapkan di Banggai.

Pada masa penjajahan, Banggai mengalami perubahan sosial dan ekonomi yang signifikan. Infrastruktur seperti jalan raya, pelabuhan, dan perumahan dibangun. Sistem pendidikan modern juga diperkenalkan, dan sekolah-sekolah didirikan di berbagai wilayah Banggai.

Menjadi Bagian NKRI

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Banggai menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah ini kemudian diorganisir menjadi Kabupaten Banggai dan Kabupaten Kepulauan Banggai, yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah.

Sejak itu, Banggai terus mengalami perkembangan dalam berbagai sektor, termasuk pertanian, perikanan, pariwisata, dan industri. Banggai Kepulauan juga memiliki potensi wisata yang menarik, dengan pantai yang indah, terumbu karang yang memukau, dan kehidupan bawah laut yang kaya.

Sejarah Kerajaan Banggai dan identitas budayanya tetap menjadi bagian penting dari warisan dan kebanggaan masyarakat Banggai saat ini. Upaya pelestarian dan pengembangan budaya lokal terus dilakukan, termasuk dalam bentuk penelitian, pendidikan, dan promosi pariwisata.

Demikianlah gambaran mengenai perkembangan Kerajaan Banggai dan wilayah sekitarnya dari masa lalu hingga saat ini. Sejarah yang kaya dan keindahan alamnya menjadikan Banggai sebagai destinasi menarik bagi wisatawan dan memperkaya warisan budaya Indonesia. (Dihimpun dari berbagai sumber)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *