BanggaiKABAR DAERAH

SKK Migas Membingkai Masa Depan Energi, Banggai Sentra Gas Baru di Jantung Sulawesi

74
×

SKK Migas Membingkai Masa Depan Energi, Banggai Sentra Gas Baru di Jantung Sulawesi

Sebarkan artikel ini

Oleh: Irwan K Basir (Pemimpin Redaksi)

KABAR LUWUK – Kabupaten Banggai, sebuah wilayah di ujung timur Sulawesi Tengah yang dibalut keindahan alam, adat dan budaya, kini tak hanya dikenal dengan julukan “Kota Air” yang tenang, sejuk serta bersih, tetapi juga sebagai episentrum baru dalam peta energi nasional. Sejak 2018, di tengah hiruk-pikuk upaya global dan nasional untuk memperkuat ketahanan energi serta mengakselerasi transisi menuju energi yang lebih bersih, Banggai telah muncul sebagai tumpuan utama pengembangan gas bumi di kawasan timur Indonesia.

Bukan kebetulan, ini adalah hasil dari sinergi strategis antara regulator, operator, dan pemerintah daerah. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), melalui perwakilan Kalimantan dan Sulawesi (Kalsul), bersama Subholding Upstream Pertamina Regional Indonesia Timur, secara gencar mendorong aktivitas eksplorasi dan produksi.

Tajak Sumur Julang Emas (JLE)-001 penemuan gas di kedalaman lebih dari 2.400 meter di Desa Benteng, Kecamatan Moilong, Banggai

Targetnya jelas mendukung target ambisius pemerintah mencapai produksi 1 juta barel minyak per hari (BOPD) dan 12 miliar standar kaki kubik gas per hari (BSCFD) pada tahun 2030, sekaligus memberikan kontribusi signifikan bagi Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui skema Partisipasi Interest (PI) 10%.

Di mata Ari Pratomo, perwakilan SKK Migas Kalsul, peran lembaganya jauh melampaui sekadar pengawasan, tetapi memastikan juga target-target nasional dapat terpenuhi dan mememnberikan manfaat baik secara nasional maupun regional.

“Eksplorasi dan eksploitasi, termasuk produksi, adalah ujung tombak kegiatan hulu migas. Kami memastikan seluruh kegiatan berjalan sesuai target nasional sekaligus memberi manfaat nyata bagi daerah,” tegasnya.

Visi ini tercermin nyata dalam transformasi yang tengah berlangsung di bawah koordinasi Subholding Upstream Pertamina, khususnya Zona 13 Regional Indonesia Timur. Pertamina berkomitmen menjadikan Sulawesi Tengah, khususnya Banggai, sebagai sentra gas baru nasional. Komitmen tersebut bukanlah isapan jempol, melainkan didukung oleh serangkaian temuan sumber daya gas yang masif.

Salah satu penanda penting dari komitmen ini adalah penandatanganan Head of Agreement (HoA) Jual Beli Gas antara PT Pertamina EP (PEP) dan PT Banggai Amonia Indonesia. Gas yang disepakati akan dimanfaatkan berasal dari Lapangan Wolai dan Morea, dengan estimasi pasokan awal antara 41–65 MMSCFD, dan potensi peningkatan hingga 70 MMSCFD jika eksplorasi di East Wolai dan West Wolai berhasil.

Proyek vital ini dirancang untuk menyokong kebutuhan pabrik amonia di Banggai selama 15 hingga 20 tahun ke depan, menjadi contoh konkret hilirisasi industri migas di timur Indonesia.

Endro Hartanto, Direktur Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, menyebut langkah ini sebagai strategi besar memacu utilisasi gas bumi yang berkelanjutan sebagai bagian dari transisi energi baru terbarukan.

“Gas dari wilayah Sulawesi akan menjadi tulang punggung baru energi bersih nasional. Ini bukan hanya tentang eksplorasi, tetapi juga keberlanjutan dan hilirisasi industri,” katanya.

Cadangan Melimpah Membuktikan Potensi Banggai

Dalam tujuh tahun terakhir, Pertamina Hulu Energi (PHE) mencatat penemuan sumber daya in place gas bumi sebesar lebih dari 1,8 triliun kaki kubik (TCF), setara 320 juta barel minyak (MMBOE), dari berbagai struktur di Sulawesi Tengah.

Penemuan ini menjadi semacam magnum opus bagi industri hulu migas di wilayah tersebut, Struktur Wolai, East Wolai, dan Morea merupakan lapangan yang menjadi fondasi awal pasokan gas untuk hilirisasi lokal. Struktur Tedong lapangan ini menjadi game-changer, pada sumur Tedong-001, PHE menemukan cadangan gas sebesar 875,47 miliar kaki kubik gas (BCFG) atau 151,13 juta barel setara minyak (MMBOE).

Bupati Banggai mendukung penuh upaya eksplorasi di wilayahnya.

Sumur Julang Emas (JLE)-001, merupakan penemuan gas di kedalaman lebih dari 2.400 meter di Desa Benteng, Kecamatan Moilong, semakin mengukuhkan Banggai sebagai wilayah dengan potensi migas terbesar di Sulawesi Tengah.

Temuan-temuan ini adalah bukti nyata efektivitas kolaborasi antara SKK Migas dan Pertamina dalam mendorong eksplorasi yang tak hanya ambisius, tetapi juga berkelanjutan.

PI 10% Menjemput Kesejahteraan dari Sumber Daya Lokal

Potensi kekayaan gas bumi di Banggai tidak hanya diharapkan berdampak pada ketahanan energi nasional, tetapi juga pada kemandirian ekonomi daerah. SKK Migas secara konsisten mendorong optimalisasi manfaat ekonomi ini melalui skema Partisipasi Interest (PI) 10%.

Di Kabupaten Banggai, implementasi PI 10% difokuskan pada Wilayah Kerja (WK) Senoro-Toili melalui pembentukan PT Banggai Energi Utama (BEU), sebuah Perusahaan Perseroan Daerah. BEU didirikan sebagai wadah resmi pemerintah daerah untuk memperoleh hak partisipasi ini, yang diharapkan menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) baru yang berkelanjutan.

Lokakarya Kolaborasi Hulu Migas yang diselenggarakan SKK Migas bersama Forkopimda Banggai.

Namun, proses pengalihan PI 10% bukanlah tanpa tantangan. Ia melibatkan aspek administratif, legalitas, hingga audit yang ketat sesuai regulasi pemerintah, khususnya Permen ESDM nomor 37 Tahun 2016. Progres pengalihan PI 10% ini ditargetkan rampung pada tahun 2027, dan akan menjadi momentum kunci bagi kemandirian ekonomi daerah penghasil migas ini.

Para pemangku kepentingan daerah menunjukkan kegigihan luar biasa dalam memperjuangkan hak ini. Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, dan Bupati Banggai, Amirudin, tak henti-hentinya bersinergi. Kunjungan mereka ke Kantor SKK Migas di Jakarta pada Rabu, 8 Oktober 2025, menjadi bukti terbaru dari upaya ini.

Kala itu, kunjungan yang didampingi PT BEU, bertujuan mendorong percepatan proses penawaran dan pengalihan PI 10% dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) kepada BUMD PT BEU. Kepala SKK Migas, Djoko Siswanto, menyambut positif upaya tersebut, bahkan meminta jajaran untuk segera menindaklanjuti proses penawaran.

Bupati Amirudin juga secara konsisten melakukan berbagai langkah strategis seperti studi banding  ke Jawa Barat untuk mempelajari praktik pengelolaan PI 10% yang sukses. Termasuk lobi Intensif  berupa pertemuan berulang dengan Kepala SKK Migas dan Gubernur Sulteng untuk memastikan hak daerah terpenuhi.

SKK Migas bersama Forkopimda Banggai memperkuat senergitas antara industri hulu migas dan daerah

Tidak itu saja Pemda Banggai terus mempersiapkan dan memperbaiki seluruh aspek administrasi agar kesiapan BUMD yakni PT BEU menjadi BUMD yang kompeten dan siap mengelola PI 10%. Penandatanganan perjanjian kerja sama pembagian hasil PI 10% migas Senoro-Toili antara Gubernur dan Bupati pada Agustus 2025 menjadi langkah maju yang monumental.

Kata Amirudin Tamoreka, dukungan SKK Migas terhadap partisipasi modal daerah ini adalah kunci penting. Hal itu semakin menegaskan bahwa potensi migas Banggai harus berbanding lurus dengan peningkatan PAD dan pembangunan daerah.

Saat ini, proses pengurusan PI 10% di Kabupaten Banggai telah mencapai 50–60% sesuai regulasi dari SKK Migas. Gubernur Sulawesi Tengah sebelumnya telah menunjuk PT Banggai Energi Utama sebagai penerima PI. Kesepakatan pembagian PI juga telah ditetapkan, yaitu 60% untuk Kabupaten Banggai dan 40% untuk Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah.

Bupati Amirudin menegaskan bahwa pengelolaan PI adalah hasil kerja kolaboratif dari berbagai pihak.

“Pembentukan BUMD ini adalah kerja kolektif. Saya sangat mengapresiasi Direktur PT Banggai Energi Utama, Bapak Achmad Jaidi, beserta seluruh tim,” kata Amirudin.

Ia juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat terkait manfaat ekonomi dari PI 10%. Kabupaten Banggai merupakan salah satu penghasil migas terbesar di Sulawesi, sehingga masyarakat berhak mengetahui manfaat langsung dari pengelolaan PI sehingganya masyarakat perlu di edukasi.

Tata Kelola Berkelanjutan dan Manfaat Sosial Serta TJSL KKKS Dalam Pengawasan SKK Migas

Kehadiran industri migas di Banggai bukan hanya tentang volume produksi atau angka gas. Sinergi antara SKK Migas, Pertamina, dan Pemerintah Daerah juga dibangun di atas fondasi keberlanjutan dan tata kelola yang baik, termasuk komitmen terhadap Environmental, Social, and Governance (ESG).

Direktur Utama PHE, Chalid Said Salim, menekankan bahwa investasi berkelanjutan dijalankan dengan standar internasional, termasuk implementasi Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP) berstandar ISO 37001:2016. “Keberhasilan eksplorasi di Banggai menjadi bukti bahwa praktik bisnis yang bersih, efisien, dan ramah lingkungan bisa berjalan seiring dengan pertumbuhan ekonomi,” ujarnya.

JOB Tomori Dukung Inovasi Burung Hantu Lawan Hama Tikus di Desa Sumberharjo
JOB Tomori bersama SKK Migas Dukung Inovasi Burung Hantu Lawan Hama Tikus di Desa Sumberharjo

SKK Migas Perwakilan Kalsul, melalui kerja sama dengan KKKS seperti Joint Operating Body (JOB) Pertamina–Medco E&P Tomori Sulawesi dan Pertamina EP Donggi Matindok Field (DMF), aktif melaksanakan program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), yang diselaraskan dengan visi pembangunan Banggai.

Aspek-aspek TJSL yang telah dijalankan meliputi pemberdayaan masyarakat berupa program Corporate Social Responsibility (CSR) difokuskan pada sektor produktif dan disusun berdasarkan kebutuhan lokal, meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar area operasi.

Peningkatan ekonomi local yang mendorong keterlibatan pelaku usaha lokal dalam rantai pasok industri hulu migas. Pengembangan pertanian melalui JOB Tomori dan SKK Migas memberdayakan petani dalam peningkatan kapasitas dan dukungan teknologi, termasuk inovasi ekologis seperti pemanfaatan burung hantu sebagai predator alami hama tikus di lahan pertanian Desa Sumberharjo.

Taman Kehati Kokolomboi Wujud Sinergy Pertamina EP Donggi Matindok Field Bersama Masyarakat
Taman Kehati Kokolomboi Wujud Sinergy Pertamina EP Donggi Matindok Field Bersama Masyarakat

Pelestarian lingkungan, Pertamina EP Donggi Matindok Field melaksanakan inisiatif penanaman bibit pohon untuk mengurangi emisi karbon, menunjukkan komitmen menjaga kelestarian ekosistem lokal.

Sosialisasi public dengan rutin menggelar sosialisasi terkait proyek baru, seperti pengembangan Senoro Selatan, guna memastikan dukungan dan pemahaman publik.

Program-program ini menggarisbawahi bahwa industri migas di Banggai membawa nilai tambah sosial dan ekologis yang berkelanjutan.

Masa Depan Banggai Energi Bersih dan Kemandirian

Dengan serangkaian penemuan cadangan gas yang masif, percepatan pengalihan PI 10%, dan kolaborasi lintas institusi yang kokoh, Banggai kini berada di jalur yang tepat menuju peran strategis sebagai hub energi bersih kawasan timur Indonesia.

Eksplorasi di lapangan-lapangan seperti Wolai, Morea, dan Tedong bukan hanya menegaskan potensi sumber daya alam daerah, tetapi juga membuka babak baru bagi kemandirian energi nasional. Gas bumi dari Banggai tidak hanya memperkuat suplai energi, tetapi juga membuka peluang hilirisasi industri berbasis gas seperti amonia dan petrokimia yang berpotensi menumbuhkan kawasan industri baru di Sulawesi Tengah, menciptakan efek berganda (multiplier effect) bagi masyarakat.

Bagi masyarakat Banggai, harapan akan masa depan kini membentang terang. Keberhasilan ini tidak hanya diukur dari angka produksi, tetapi dari manfaat nyata yang kembali ke daerah: meningkatnya PAD, terbukanya lapangan kerja, tumbuhnya industri penopang lokal, dan terlaksananya hak pengelolaan PI 10% yang sudah di depan mata.

Seperti yang disampaikan oleh berbagai pihak dalam sinergi besar ini, “Eksplorasi gas bumi di Banggai bukan hanya tentang energi, tetapi tentang masa depan daerah.” Melalui pengelolaan hulu migas yang transparan dan berkelanjutan, Banggai sedang menulis kisahnya sendiri sebagai pilar penting dalam mewujudkan ketahanan dan kemandirian energi bangsa.

Disclaimer : Berita ini dibuat dalam rangka mengikuti Lomba Karya Jurnalistik SKK Migas – KKKS 2025

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *