KABAR LUWUK, BANGGAI – Penyu merupakan organisme ikonik hidup di perairan laut. Hal tersebut dikarenakan hanya ada 7 spesies penyu yang ada di dunia. Penyu merupakan reptil laut seperti kura-kura yang mampu menjelajah dunia dengan ke empat sirip kakinya. Indonesia menjadi salah satu habitat bertelur 6 penyu dari 7 penyu yang ada di dunia.
Hal tersebut karena perairan Indonesia menjadi rute perpindahan (migrasi) Penyu Laut di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia. Penyu yang dapat ditemui di Indonesia antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Hijau (Chelonia mydas), Penyu Belimbing (Dermochelis coriaceae), Penyu Pipih (Natator depressus), Penyu Tempayan (Caretta caretta) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata).

Menariknya dari enam jenis penyu yang ada di Indonesia ini, empat diantaranya bertelur di wilayah operasi industri hulu migas JOB Tomori di Desa Sinorang, Kecamatan Batui Selatan, Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah. Olehnya itu sangat penting untuk kemudian menjadi kewajiban bersama menjaga kelestarian hewan yang sudah ada sejak akhir zaman Jura atau seusia dengan dinosaurus ini.
Salahsatu bentuk upaya pelestarian yang dilakukan JOB Tomori bekerjasama dengan Universitas Muhammadiyah Luwuk melibatkan masyarakat sekitar yakni membentuk kelompok “Pelangi Penyu”. Kelompok ini salahsatu Program Corporate Social Responsibility (CSR) JOB Tomori yang senantiasa selaras dengan program Sustainable Development Goals (SDG’s) yang ditetapkan oleh Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) soal pelestarian lingkungan.
Pelangi Penyu merupakan langkah JOB Tomori bekerjsama dengan Universtitas Muhammadiyah Luwuk melibatkan masyarakat di Sinorang Pantai dalam pelestarian empat jenis penyu yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (chelonia mydas), penyu lekang atau abu-abu (lepidochelys olivacea), dan penyu tempayan (caretta caretta) yang seringkali terlihat bertelur di wilayah itu.
Tidak itu saja, Pelangi Penyu dijadikan proyek percontohan kepada masyarakat khususnya yang ada di Kabupaten Banggai dalam upaya menjaga penyu dari kepunahan akibat faktor alam dan manusia. Salahsatu upaya yakni memberikan edukasi kepada masyarakat sekitar wilayah operasi industri hulu migas akan pentingnya pelestarian dan menjaga ekosistem lingkungan melalui ekowisata.
Business Support Senior Manager JOB Tomori Edy Sofyan dan Senior Manager Humas SKK Migas Perwakilan Kalsul Wisnu Wardhana saat mengunjungi Ekowisata Pelangi Penyu di Pantai Sinorang menyampaikan, keberadaan ekowisata Pelangi Penyu ini merupakan bentuk kepedulian terhadap pelestarian lingkungan di sekitar wilayah operasi industri hulu migas.
“Sangat penting kita menjaga ekosistem laut terutama keberadaan penyu ini, karena penyu adalah salahsatu aspek penting dalam sistem rantai makanan di lautan. Dengan kolaborasi saya yakin kita dapat menjaga kelestarian penyu khususnya yang ada di wilayah operasi industri hulu migas JOB Tomori ini,” ujar Wisnu Wardhana.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Universtitas Muhammadiyah Luwuk melibatkan masyarakat sekitar Desa Sinorang bahwa ada beberapa ancaman terbesar bagi eksistensi penyu. Pertama adalah faktor perikanan, yakni ketika penyu masuk dalam jaring penangkap ikan, kedua adalah eksploitasi baik industrial maupun tradisional, ketiga adalah eksploitasi penyu dan telur penyu di pantai di mana ancaman ini biasanya berasal dari manusia.
Berikutnya ancaman adanya kerajinan berbahan dasar karapas atau tempurung penyu yang sampai saat ini cukup banyak ditemukan di wilayah Kabupaten Banggai. Terakhir yakni ancaman konsumsi manusia dan sampah plastik.
Ketua ekowisata Pelangi Penyu Desa Sinorang, Dr. Samsu Adi Rahman menyampaikan Pelangi Penyu merupakan salahsatu upaya konservasi di wilayah operasi industri hulu migas JOB Tomori di Kabupaten Banggai. Adanya konservasi ini merupakan potensi terutama jika dilihat dari pantai Desa Sinorang yang indah yang kemudian perlu dikelola dengan baik dengan tidak mengabaikan keunikan berupa adanya penyu yang mendarat di pantai baik untuk bertelur karena faktor lainnya.
“Riset awal yang dilakukan kelompok Pelangi Penyu adalah kesesuaian habitat, apakah di pantai ini penyu mendarat disebabkan oleh kondisi alam yang ekstrim atau memang untuk bertelur. Hasilnya kita peroleh fakta bahwa disepanjang pantai ini memang merupakan tempat penyu bertelur dan berinkubasi secara alami,” ucap Samsu Adi Rahman.
Lebih lanjut Dosen Fakultas Perikanan Unismuh Luwuk ini menyampaikan dengan adanya empat jenis penyu di wilayah Kabupaten Banggai tentunya butuh perhatian pemerintah dalam menerbitkan regulasi sebagai bagian dari perlindungan dan pelestarian hewan yang dilindungi ini.
“Kita patut bersyukur dengan adanya perusahaan Migas yakni Job Tomori Tomori, bersama SKK Migas sangat mendukung dengan adanya kegiatan pusat konservasi ini. Sehingga munculah ide kami untuk bersama-sama Job Tomori dan pemerintah daerah melakukan konservasi Ekowisata dengan tujuan nanti masyarakat benar benar melakukan upaya konservasi,” tambahnya.
Pemanfaatan Teknologi Tagging Microchip
Salahsatu upaya dukungan konservasi dalam pelestarian penyu di wilayah industru hulu migas JOB Tomori yakni pemanfaatan teknologi dalam pemantauan dan mendeteksi keberadaan penyu saat mendarat dan bertelur di pesisir pantai Sinorang.
Teknologi yang dimaksud yakni pemasangan tagging microchip di tubuh penyu untuk mendeteksi keberadaan penyu saat mendarat dan bertelur sebagai bentuk animal welfare (kesejahteraan hewan). Saat ini sudah beberapa ekor penyu dewasa hasil tangkapan nelayan telah dilepaskan kembali ke laut dipasangi microchip. Terpantau pergerakan penyu dari tagging microchip itu meliputi wilayah perairan laut Banggai bersaudara yakni Kabupaten Banggai, Kabupaten Banggai Kepulauan hingga Kabupaten Banggai Laut.
Business Support Senior Manager JOB Tomori Edy Sofyan menyatakan, penyu sangat berperan penting dalam menjaga ekosistem terumbu karang. Sehingga kelestarian lingkungan tetap terjaga dan berdampak pada masyarakat khususnya nelayan sekitar pantai. Dukungan JOB Tomori pada konservasi ekowisata Pelangi Penyu ini tidak sebatas pada sumber daya manusia namun juga dukungan pemanfaatan teknologi.
Diharapkan dengan adanya konservasi ekowisata Pelangi Penyu ini menumbuhkan kesadaran masyarakat di Kabupaten Banggai khususnya di Desa Sinorang sebagai wilayah operasi industri hulu migas JOB Tomori secara bersama menjaga kelestarian lingkungan salahsatunya menjaga kelestarian penyu yang memiliki peran penting menjaga ekosistem terumbu karang.
“Dengan terumbu karang yang sehat maka ekosistem lingkungan menjadi lebih baik, efeknya akan lebih banyak ikan bereproduksi dan hasilnya bisa dirasakan oleh para nelayan khususnya masyarakat di Desa Sinorang ini,” tambah Edy Sofyan.
Inkubasi dan Pelepasliaran Penyu
Upaya konservasi ekosiwsata Pelangi Penyu yang baru berjalan kurang lebih dua tahun ini sudah menunjukan hasil nyata. Salahsatunya menumbuhkan kesadaran para nelayan di Desa Sinorang tentang pentingnya menjaga kelestarian dan keberadaan penyu di pesisir pantai mereka.
Hal itu dibuktikan dengan penyerahan penyu yang tertangkap oleh nelayan sekitar kepada kelompok Pelangi Penyu untuk kemudian dilepasliarkan kembali setelah dilakukan pemasangan tangging microchip.
Tidak itu saja, Pelangi Penyu juga melibatkan masyarakat sekitar dalam upaya menjaga daerah inkubasi penyu agar tidak terancam predator alam maupun manusia.
“Tahun kemarin kita sudah melepasliarkan sekitar 82 ekor tukik, dua penyu dewasa dan tiga penyu indukan. Kita harapkan tukik yang dilepasliarkan dapat kembali lagi ke pantai ini saat dewasa termasuk penyu indukan akan kembali bertelur di pesisir pantai ini,” ucap Samsu Adi Rahman.
Pada tahun ini, Pelangi Penyu sementara menginkubasi sekira 500 butir telur penyu secara alami di pantai Desa Sinorang. Harapannya telur itu dapat menetas menjadi tukik untuk kemudian dapat dilepasliarkan ke habitat alaminya.
Peningkatan Tangkapan dan Pendapatan Masyarakat
Konservasi Pelangi Penyu di Desa Sinorang sebagai bagian dari CSR JOB Tomori bekerjasama dengan Unismuh Luwuk saat ini sudah mulai dirasakan manfaatnya oleh para nelayan. Salahsatunya yakni meningkatnya hasil tangkapan masyarakat yang mendorong peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar.
Hamdan warga Desa Sinorang menyebutkan dengan adanya konservasi Pelangi Penyu ini hasil tangkapannya meningkat. Bahkan untuk sekedar mencari lauk dirinya tidak perlu mengail terlalu jauh sudah bisa mendapatkan ikan yang cukup melimpah. Sebagaian hasil tangkapan akan dijual dan sisanya dimakan bersama keluarga.
“Benar efeknya sudah bisa kita rasakan, hasil tangkapan ikan dengan cara mancing tradisional sangat melimpah. Kami sebagai masyarakat sangat mendukung keberadaan Pelangi Penyu ini,” ucapnya.
Senada Anwar mengakui mereka bersama masyarakat sekitar pesisir pantai Sinorang telah teredukasi jika secara tidak sengaja menjaring penyu akan menyerahkan kepada kelompok Pelangi Penyu untuk kemudian dilepasliarkan.
Ekowisata Penyu di Pantai Sinorang ini katanya adalah bukti nyata keberadaan industri hulu migas dalam hal ini JOB Tomori dalam menjaga ekosistem lingkungan. (IKB)