KABAR LUWUK, BANGGAI – Bencana alam memang sulit untuk diprediksi kapan datangnya, namun setidaknya dari bencana kita dapat belajar bagaimana kedepan agar kita senantiasa bersiaga menghadapinya. Termasuk mengurai penyebab terjadinya bencana seperti yang terjadi di Desa Indang Sari dan Desa Pohi yang juga berdampak hingga ke Desa Hunduhon.
Bencana banjir bandang yang melanda Desa Indang Sari dan Desa Pohi, Kecamatan Luwuk Timur yang terjadi pada Selasa (30/8/2022) sekitar pukul 04.30 wita hingga membuat sejumlah warga kehilangan rumah, ternak, kendaraan, peralatan elektronik juga sejumlah dokumen penting lainnya bisa menjadi pembelajaran.

Bagaimana banjir bandang yang tiba-tiba datang itu hanya sekejap mata menyapu ratusan rumah warga di dua desa termasuk merusak sejumlah tanaman perkebunan dan memaksa ratusan warga mengungsi.
Jika kita berbicara mengenai bencana banjir sudah pasti penyebabnya adalah air yang dipicu curah hujan tinggi. Namun anehnya apa yang terjadi di Desa Indang Sari dan Desa Pohi hingga berdampak juga ke Desa Hunduhon tidak disertai gejala alam pada umumnya.
Pada hari peristiwa bencana banjir bandang itu, curah hujan di kedua desa bisa dibilang tidak tinggi bahkan di wilayah desa sekitar tidak terjadi hujan. Sehingga banjir bandang yang terjadi memicu sejumlah tandatanya, apakah di sekitar hutan desa itu telah terjadi pengundulan hutan ulah para pembalakan liar ataukan adanya pembukaan areal perkebunan maupun pertambangan.
Kepala Desa Indang Sari Wilson Tokii kepada media ini menyampaikan, sudah dua puluh tahun lebih dirinya berdomisili di desa itu, curah hujan tinggi bahkan bisa disebut ekstrim pernah mendera desanya namun belum sekalipun terjadi banjir bandang seperti hari itu yang memporak-porandakan puluhan rumah warganya.
Hal senada disampaikan Yabes Bueteno, sudah lebih 30 tahun dia bersama orangtuanya tinggal di Desa Indang Sari namun baru kali ini bencana banjir bandang terjadi yang menyebabkan dua rumah milik mereka yang saling berdampingan rata dengan tanah.
“Baru kali ini kami mengalami bencana seperti ini, hujan berhari-hari yang bisa dibilang ekstrim namun tidak pernah terjadi banjir begini. Hanya sekejap mata dua rumah tinggal kami hilang tersapu derasnya banjir,” ucapnya sembari menunjuk sisa pondasi rumah mereka.
Desa Indang Sarai merupakan desa paling terdampak, enam rumah di Desa Indang Sari hanyut tidak bersisa tersapu derasnya gerusan air bah termasuk merusak satu warung warga, satu gereja, 15 rumah warga rusak berat, tujuh kendaraan roda dua rusak termasuk dua ternak sapi milik warga di temukan mati.
Di Desa Pohi banjir bandang itu merusak sekira 81 rumah warga dengan klasifikasi 9 rumah rusak berat, 15 rumah rusak sedang dan 57 rumah rusak ringan. Sementara di Desa Hundohon 70 Ha sawah warga tergenang yang menyebabkan 3 Ha sawah harus ditanami kembali. (IKB)