Banggai KepulauanKABAR DAERAH

Menciptakan Pemimpin Tuutu Bukan Budul – Budul

805
×

Menciptakan Pemimpin Tuutu Bukan Budul – Budul

Sebarkan artikel ini
Kifri Luande, seorang pemuda asli daerah yang dikenal dengan sapaan Kifri
Kifri Luande, seorang pemuda asli daerah yang dikenal dengan sapaan Kifri

KABAR  LUWUK  –  Menciptakan Pemimpin Tuutu Bukan Budul – Budul. Pesta demokrasi di Banggai Kepulauan dan Banggai Laut tak lama lagi akan dimulai, memicu semangat relawan dan simpatisan untuk memenangkan calon pilihan mereka.

Suara lantang terdengar di mana-mana, menawarkan janji kesejahteraan serta pembangunan lima tahun ke depan. Minggu,6 Oktober 2024.

Namun, bagi Kifri Luande, seorang pemuda asli daerah yang dikenal dengan sapaan Kifri, hal terpenting dalam memilih pemimpin bukanlah janji manis, melainkan penilaian rasional terhadap tindakan nyata.

Menurut Kifri, sebagai warga yang cerdas, masyarakat harus mampu memilah dan memilih dengan bijak, tidak terjebak dalam retorika yang dilontarkan oleh para calon atau tim relawan.

“Calon pemimpin Banggai Kepulauan dan Banggai Laut harus memiliki karakter ‘TUUTU,’ yaitu benar-benar paham kondisi sosial dan siap bertindak nyata, bukan sekadar bicara,” tegasnya.

Lebih lanjut, Kifri menyatakan bahwa pemimpin sejati adalah mereka yang melayani, bukan dilayani. Banggai Kepulauan dan Banggai Laut selama ini telah mengalami krisis kepemimpinan.

Anak-anak daerah, menurutnya, lebih sering menjadi penonton ketimbang pemain dalam panggung politik lokal. Kifri berharap, pada perhelatan Pilkada kali ini, masyarakat mampu memilih figur yang tepat, figur yang benar-benar memiliki keinginan kuat untuk bekerja dan berbuat demi kemajuan daerah.

Dua kelompok besar calon kini bersaing dalam Pilkada ini: Mian Banggai dan Pau Lipu. Mian Banggai adalah sebutan bagi orang pendatang yang mencintai dan tinggal di Banggai, sementara Pau Lipu adalah orang asli Banggai yang lahir dan besar di sana.

Bagi Kifri, asal-usul calon bukanlah tolok ukur utama dalam menentukan siapa yang berhak memimpin daerah. “Yang penting adalah siapa yang mau bekerja dan siapa yang punya niat tulus untuk membawa perubahan bagi Banggai Kepulauan dan Banggai Laut,” ungkapnya.

Pemimpin yang hanya berfokus pada isi tas, bukan isi kepala, menurut Kifri, akan membawa daerah kembali ke jurang krisis. Dia mengingatkan bahwa Banggai Kepulauan dan Laut pernah mengalami kondisi keuangan yang buruk, dengan kas daerah yang kosong.

 “Apakah kita mau jatuh ke lubang yang sama lagi?” tanya Kifri. Jawabannya jelas: tidak. Masyarakat harus belajar dari masa lalu dan tidak membiarkan sejarah kelam itu terulang kembali.

Kifri pun menekankan pentingnya memiliki pemimpin dengan karakter TUUTU dan sifat totukon sangkap. Ia menjelaskan empat prinsip utama yang harus dipegang teguh oleh calon pemimpin:

  1. Moloyos doi temeneno (Habluminallah), yaitu hubungan yang baik antara manusia dengan Tuhan.
  2. Monikil doi utus (Hablum minannas), hubungan baik antara manusia dengan manusia.
  3. Moliyos doi kakabai, berperilaku baik, jujur, dan adil.
  4. Monondok doi bundu, pencapaian akhir yang baik, yakni membawa kebaikan di akhir kepemimpinannya.

Jika keempat prinsip ini dapat dipegang oleh calon pemimpin, Kifri yakin dan percaya bahwa Banggai Kepulauan dan Laut akan memiliki pemimpin yang amanah, yang mampu membawa perubahan positif bagi masyarakat.

Sebagai anak daerah, Kifri mengajak seluruh masyarakat untuk lebih serius dalam memilih calon pemimpin. Ia berharap masyarakat sadar bahwa masa depan daerah ada di tangan mereka.

“Mari kita berbenah, memperbaiki apa yang salah di masa lalu, dan memastikan bahwa kesalahan yang sama tidak terulang lagi,” pesannya dengan penuh semangat.

Pilkada ini bukan sekadar ajang perebutan kekuasaan, melainkan kesempatan bagi masyarakat Banggai Kepulauan dan Banggai Laut untuk menciptakan revolusi positif. Dengan memilih pemimpin yang tepat, masa depan yang lebih baik untuk daerah ini bisa terwujud.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *