KABAR LUWUK, PENDIDIKAN – Kalangan pendidik di Afrika Selatan mengembangkan perangkat Realitas Virtual (VR) berbiaya murah dengan memanfaatkan ponsel pintar apapun. Perangkat ini bisa membantu mahasiswa belajar sains secara lebih menyenangkan dan juga bermanfaat bagi pembelajaran secara daring.
Mahasiswa Afrika Selatan memperdalam pengetahuan tentang sain di Fakultas Pendidikan universitas Johannesburg, di sana mereka dibantu mengenal lebih dekat tentang sains.
“Siswa belajar dengan cara lebih interaktif, dengan cara lebih imersif. Lebih intraktif karena mereka mampu memvisualisasikan fenomena ilmiah mikro. Ini bisa dilakukan berulang-ulang. Itu salah satu manfaat terbesar dari belajar dengan cara ini,” kata salah seorang pendidik Afrika.
Sebelum pandemi ini menghantam Afrika, waktu bagi para mahasiswa di laboratorium sangat terbatas. Tapi tidak demikian dengan di dunia maya. Terinspirasi dari Googlel Card Board Univestias ini mengembangakan perangkat realitas virtual dengan biaya kurang dari 20 dollar dan bisa memanfaatkan ponsel pintar apapun.
“Saya bisa memakai apa yang ada dan dengan nyaman di sofa saya di rumah. Atau hanya ke Youtube dan memakai perangkat ponsel pintarmu bila itu kompatibel dengan aplikasi. Bisa benar-benar melihat sel konsep sains apa pun yang kita pelajari saat itu,” ujar salah seorang mahasiswa.
Realitas virtual tidak hanya membantu para mahasiswa sais teknologi rancang bangun dan matematikan atau STEM ini juga mempersiapkan guru generasi mendatang untuk memanfaatkan teknologi guna meningkatkan minat Stem di sekolah dasar dan menengah yang kurang mampu.
“Pelajar dari latar belakang sangat miskin dengan sekolah di komunitas yang kurang mampu tidak memiliki laboratorium yang lengkap.Sayangnya karena itu, pengalaman belajar yang mereka peroleh dalam pendidikan STEM kurang menginspirasi mereka untuk melanjutkan studi ke perguruan tinggi,” tambah pengajar lainnya.
Saat ini pendidikan tatap muka secara langsung sangat dibatasi olehnya itu sekolah memanfaatkan teknologi pembelajaran jarak jauh. Saat para mahasiswa kembali kuliah menurut para kalangan pendidik perubahan cara belajar ini akan tetap berlangsung. (Sumber : www.voaindonesia.com)