Latah tanpa Ilmu
Merayakan ultah dengan kejutan menjadi tren bagi remaja masa kini. Bahkan jika melihat lebih jauh, perilaku ini bukan hanya tren di kalangan remaja (SMA/SMP), bahkan anak SD pun sudah tidak asing lagi.
Terlebih, mereka dapat melakukan di sekolah atas izin guru. Baik yang ulang tahun adalah temannya atau guru.
Setiap manusia mempunyai naluri ego (gharizatulbaqo’) yang penampakannya dapat berupa ingin diakui, ingin dipuji.
Perbuatan mengikuti tren ini bisa menjadi bentuk eksistensi diri, salah satu wujud dari adanya naluri ego.
Anak adalah pembelajar yang ulung. Mereka selalu belajar dari apa yang disaksikan.
Sementara tren kejutan ulang tahun sudah sangat membudaya di tengah masyarakat, tidak mengherankan anak-anak menjadi peniru terdepan.
Melakukan kejutan agar mendapatkan situasi yang lucu, merupakan perbuatan hura-hura semata. Atau untuk ‘mengerjain’ teman yang ulang tahun merupakan perbuatan sia-sia. Bahkan bisa menjadi dosa, jika mengakibatkan kerugian pada diri sendiri dan orang lain. Seperti yang terjadi pada kejutan ulang tahun di Klaten tersebut.
Pemahaman sekuler (jauhnya agama dari kehidupan masyarakat/negara) sangat mempengaruhi perbuatan generasi hari ini.
