KABAR LUWUK, BANGGAI– Festival Sastra Banggai tahun 2021 kembali dilaksanakan. Openning ceremony yang digelar pada Minggu (27/6) malam itu, menandai dimulainya festival literasi kedua di Pulau Sulawesi itu.
Pada penyelenggaraan kelima ini, Festival Sastra Banggai mengusung tema Temu yang Memaknai Jarak. Tema ini dikomposisikan dengan kerangka hubungan kelompok sosial yang berimbas pada struktur interaksi kebudayaan secara menyeluruh, terutama saat dunia dihantam pandemi.
Penyelenggara Festival Sastra Banggai menghadirkan sejumlah penulis muda, di antaranya Eko Poceratu dari Ambon, Maluku. “Komposisinya yang dekat dan dicintai, penulis dari Indonesia Timur,” tutur Direktur Festival Sastra Banggai Ama Achmad tadi malam.
Selain Eko, terdapat 13 penulis lain yang hadir dalam Festival Sastra Banggai, salah satunya Tsana yang juga penulis muda. Selain itu, terdapat Neni Muhidin dari Palu, Sulawesi Tengah dan Reza Nufa, Pemimpin Redaksi Basa Basi, sebuah penerbit di Yogyakarta.
Di masa pandemi ini, tidak seluruh penulis hadir di Luwuk, Kabupaten Banggai, yang menjadi titik penyelenggaraan Festival Sastra Banggai. “Kita gunakan teknologi, sehingga penulis melalui zoom bisa melihat para peserta dalam ruangan,” kata Ama yang penulis sejumlah buku puisi.
Sebelum pelaksanaan Festival Sastra Banggai tahun 2021 dilaksanakan, sejumlah rangkaian telah mengantar perayaan sastra di Timur Sulawesi Tengah ini, di antaranya Akademi Sastra Banggai (ASB). ASB menjangkau masyarakat Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan, dan Kabupaten Banggai Laut untuk berkolaborasi dalam dunia kepenulisan.
Yayasan Babasal Mombasa secara konsisten menyelenggarakan Festival Sastra Banggai sejak tahun 2017 silam. Di Pulau Sulawesi perayaan sastra hanya ada pada 2 kota, yakni Makassar yang memiliki Makassar Internasional Writers Festival (MIWF) yang baru saja berakhir pada 27 Juni 2021. “Kita back to back dengan MIWF,” tuturnya. (*)