BanggaiKABAR DAERAH

DSLNG Kerjasama BKSDA Kembali Lepas Liarkan Burung Maleo di Suaka Margasatwa Bangkiriang

958
×

DSLNG Kerjasama BKSDA Kembali Lepas Liarkan Burung Maleo di Suaka Margasatwa Bangkiriang

Sebarkan artikel ini

KABAR LUWUK, BANGGAI – Upaya melestarikan burung maleo sebagai salahsatu hewan endemik Sulawesi khususnya yang ada di Kabupaten Banggai telah menjadi bagian tanggung jawab sosial perusahaan PT Donggi Senoro LNG kepada masyarakat dan lingkungan sekitar. Sejak tahun 5 Juni 2013 melalui konservasi ex situ ini telah dilepasliarkan sebanyak ratusan ekor dengan harapan populasi burung khas Sulawesi yang terancam punah ini bisa ditingkatkan.

Sejak adannya konservasi ex situ ini sejumlah anakan burung maleo bisa dibiakan bahkan dilepas liarkan ke alam bebas agar burung bernama ilmiahnya Macrocephalon maleo ini dapat berkembang biak di habitat aslinya. Pada Jumat (10/12/2021) untuk yang kesekian kalinya pelepas liaran burung maleo kembali dilaksanakan. Suaka Margasatwa Bangkirian dipilih menjadi lokasi pelepasliaran anak burung maleo pada kesempatan itu.

Ardya Yosy Rahardjo selaku External Relations Manager DSLNG menyampaikan ucapan terimakasih dari manajemen kepada BKSDA, Komunitas Pencinta Maleo serta para pihak yang telah hadir pada kegiatan pelepasliaran burung maleo.

Perwakilan manajemen DSLNG Ardya Yosy Rahardjo selaku External Relations Manager DSLNG menyampaikan ucapan terimakasih dari manajemen kepada BKSDA, Komunitas Pencinta Maleo serta para pihak yang telah hadir pada kegiatan pelepasliaran burung maleo. Dikatakan Yosi bahwa kegiatan ini adalah salahsatu bentuk kepedulian perusahaan terhadap kelestarian burung maleo.

“Ini salahsatu bentuk perhatian dan kepedulian perusahaan dalam membantu pemerintah melestarikan burung maleo, burung yang menjadi identitas daerah ini. Pihaknya juga berharap mendapat dukungan dari pemerintah, adat dan masyarakat agar DSLNG dapat memberikan yang terbaik khususnya pelestarian burung maleo,” kata Yossi

Jumat (10/12/2021) untuk yang kesekian kalinya pelepas liaran burung maleo kembali dilaksanakan. Suaka Marga Satwa Bangkirian dipilih menjadi lokasi pelepasliaran anak burung maleo pada kesempatan itu.

Bernadus Nggei perwakilan dari BKSDA yang didampingi Kepala Kesatuan Pengelolaan Hutan Konservasi (KPHK) Bakiriang I Nyoman Ardika pada kesempatan itu menyebutkan, pihaknya mengucapkan terimakasih kepada DSLNG yang telah bekerjasama sejak tahun 2013 dalam upaya pelestarian burung maleo. Berdasarkan hasil evaluasi BKSDA sampai saat ini DSLNG telah memberikan output yang baik dalam hal konservasi maleo yang dapat dilihat dari upaya restoking hasil pengembangbiakan dari ex situ.

“Upaya DLNG bekejasama dengan BKSDA ini merupakan salahsatu bentuk pelestarian maleo, pada hari ini untuk kesekian kalinya kami bersama DSLNG melakukan pelepasliaran burung maleo sebagai bagian restoking hasil pengembangbiakan di ex situ. Saya berharap pelestarian ini terus berjalan denngan baik dan mendapat dukungan baik adat dan masyarakat terutama pemerintah daerah,” ujar Bernadus.

BKSDA katanya terus mengajak semua pihak menjaga dan melestarikan burung maleo, selain restoking perlu adanya pemanfaatan teknologi guna menghitung jumlah populasi burung ini di alam liar.

Sejak tahun 5 Juni 2013 melalui konservasi ex situ ini telah dilepasliarkan sebanyak ratusan ekor dengan harapan populasi burung khas Sulawesi yang terancam punah ini bisa ditingkatkan.

Perwakilan Adat Batui Jam’un Hakim pada kesempat yang sama mengatakan, pihaknya memberikan apresiasi kepada DSLNG dan BKSA serta pencinta maleo yang telah melakukan pelestarian dan penangkaran burung maleo melalui ex situ termasuk melepasliarkan kembali burung maleo ke alam liar. Burung maleo katanya selain burung endemik yang ada di Sulawesi khususnya Kabupaten Banggai merupakan media ritual adat yang ada di Kecamatan Batui dalam hal ini Kabupaten Banggai dan Kabupaten Banggai Laut yang sampai saat ini masih menggunakan telur burung maleo sebagai media adat.

“Terlepas pada kegiatan yang kita lihat hari ini sudah luar biasa, ada harapan kami sebagai masyarakat dan tokoh adat Batui kepada BKSDA dalam hal ada kegiatan ritual adat yang masih menggunakan telur maleo untuk itu dapat dilakukan pendekatan kepada dua wilayah dalam hal ini Kabupaten Banggai dan Kabupaten Banggai Laut setelah selesai proses ritual adat agar telurnya sebagian bisa diserahkan ke balai konservasi untuk kemudian dikembangbiakan lagi sebagaimana pesan-pesan moral adat untuk melestarikan melo,” ujarnya. Hadir pula pada kegiatan itu  Ketua Pusat Pengkajian dan Pengembangan Satwa Endemik Sulawesi Mobius Tanari dan Komunitas Pecinta Maleo yang melepasliarkan 12 ekor anak burung maleo ke habitat aslinya. (IKB)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *