“Stok makanan dan air di KM Tiga Putri saat itu cukup memadai untuk kondisi darurat seperti ini, Cuma kami semua mengalami kelelahan fisik dan psikologi yang diperparah karena tidak ada lagi saluran komunikasi guna memintai pertolongan,” beber Can.
Memasuki hari ke lima, KM Tiga Putri Dua sudah berada di 27 mil perairan Belang, Provinsi Sulawesi Utara. Sejumlah kapal yang dimintai pertolongan enggan mendekat dan memberikan bantuan pada mereka.
Melihat situasi itu kapten kapal lalu memerintahkan dua ABK bernama Ajis dan Latere menurunkan perahu dari atas kapal guna mencari pertolongan diperairan sekitar laut Belang. Keduanya lalu mendayung perahu hingga jauh dari posisi kapal. Tiga jam dua ABK pemberani ini mendayung hingga menemukan salah satu rumpon yang kebetulan ada penghuninya. Ajis lalu menceritakan kondisi mereka kepada penjaga rumpon itu dengan maksud agar penjaga rumpon bisa mencarikan bantuan terhadap KM Tiga Putri Dua.

Cuaca yang awalnya cerah di siang itu tiba-tiba berubah, hujan deras disertai angin kencang kembali menerpa membuat Ajis dan Latere bersama penjaga rumpon bertahan di atas rumpon. Pada larut malam kegirangan menyeruak dari dada dua ABK KM Tiga Putri ini, harapan diselamatkan membuncah setelah mereka mendengar deru mesin KM Anugerah melintas dan mendekati rumpon.
“Ajis dan Latere kemudian menyampaikan kondisi kapal kami kepada awak KM Anugerah yang kemudian membawa keduanya ke kapal kami. Sayangnya karena kapal Anugerah dan mesinnya juga kecil sehingga upaya penarikan saat itu tidak dapat dilakukan,” lanjut Can.
Beruntung pemilik KM Anugerah itu adalah pegawai di KPLP yang kemudian menyampaikan kondisi KM Tiga Putri Dua ke otoritas setempat. Hingga akhirnya sebuah kapal besar didatangkan menarik kapal asal Taliabu ini ke Pelabuhan Belang, Provinsi Sulawesi Utara.