KABAR LUWUK, KALTARA – Belajar kearifan lokal dari masyarakat Punan di rimba Kaltara. Taman Nasional Kayan Mentarang yang berada di jantung rimba Kalimantan Utara.
Taman ini merupakan taman seluas 1,35 hektare yang terhampar hijau seperti permadani.
Kawasan ini terletak di wilayah Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, dan Kabupaten Bulungan. Taman nasional ini juga berbatasan langsung dengan Sabah dan Sarawak, Malaysia.
Kawasan taman nasional ini memiliki ketinggian antara 200 hingga 2.558 meter di atas permukaan laut (mdpl). Taman ini memiliki tipe hutan yang cukup lengkap dan menjadi habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna. Hingga saat ini, masih banyak kekayaan alam yang belum teridentifikasi di kawasan ini.
Status Taman
Taman Nasional Kayan Mentarang pada awalnya berstatus sebagai cagar alam yang ditetapkan oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tahun 1980.
Namun, kemudian status kawasan tersebut diubah menjadi taman nasional berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 631/Kpts-II/1996 tanggal 7 Oktober 1996.
Perubahan status tersebut didorong oleh WWF (World Wide Fund) dan masyarakat Suku Dayak yang merupakan penghuni wilayah sekitar Kayan Mentarang.
Salah satu tujuan penetapan status taman nasional tersebut adalah untuk menampung aspirasi Suku Dayak. Kawasan ini dijuluki sebagai hutan primer terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.
Taman Nasional Kayan Mentarang dinamai berdasarkan dua sungai utama di kawasan tersebut, yaitu Sungai Kayan di bagian selatan dan Sungai Mentarang di bagian utara. Taman nasional ini terletak di perbatasan Indonesia dan Malaysia.
Di taman nasional ini terdapat berbagai jenis tumbuhan, seperti kayu ulin, ramin, jelutung, pulai, rengas, agathis, aren, dan gaharu. Selain itu, terdapat pula beberapa jenis anggrek dan tumbuhan lainnya yang belum teridentifikasi.
Terdapat 100 spesies mamalia yang hidup di taman nasional ini, termasuk 15 spesies hewan endemik. Kawasan ini juga menjadi rumah bagi delapan spesies primata, lebih dari 310 spesies burung, dan 28 spesies burung endemik Kalimantan yang terancam punah.
Beberapa spesies fauna yang terancam punah di kawasan ini meliputi beruang madu, macan dahan, banteng, dan lutung dahi putih. Pada masa lampau, kawasan bagian utara juga dihuni oleh gajah Kalimantan dan badak Sumatera.
Menyusuri sungai
Potensi wisata di Taman Nasional Kayan Mentarang tidak hanya terletak pada keunikan flora, fauna, dan pemandangan alamnya, tetapi juga pada pesona masyarakat Suku Dayak yang telah tinggal di kawasan ini selama ratusan atau bahkan ribuan tahun. Salah satu atraksi wisata yang populer adalah menyusuri sungai di taman nasional ini, di mana wisatawan dapat melihat satwa liar, seperti burung enggang, dan menikmati keindahan alam yang alami.
Perahu bermotor atau ketinting merupakan sarana yang dapat digunakan untuk mengakses Desa Long Jalan, yang terletak di ujung hulu Sungai Malinau, dan menjadi salah satu tujuan wisata di kawasan ini.
Dalam pengembangan wisata alam dan budaya di Desa Long Jalan, KKI Warsi berperan sebagai fasilitator untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Keterbatasan akses menuju desa tersebut justru menjadi ciri khas dan daya tarik tersendiri, di mana wisatawan dapat merasakan sensasi perjalanan yang unik dan berinteraksi langsung dengan masyarakat Suku Punan.
Desa Long Jalan memiliki kebudayaan Suku Punan yang masih kental, dan wisatawan dapat menikmati atraksi wisata budaya serta belajar mengenai kearifan lokal masyarakat Punan dalam melindungi hutannya.
Program wisata alam dan budaya di Taman Nasional Kayan Mentarang ini memberikan pengalaman berkesan bagi para wisatawan, sambil juga menjaga kelestarian alam dan budaya yang ada. Melalui kemampuan interpretasi pemandu wisata alam, pengunjung dapat terhubung dengan objek wisata dan merasakan dampak positif dari kegiatan kepariwisataan ini. (ANTARA)
Pewarta : Muh. Arfan
Editor : Slamet Hadi Purnomo