KABAR DAERAHMorowali

Wirausahawan Manfaatkan Prospek Bisnis di Kawasan IMIP

113
×

Wirausahawan Manfaatkan Prospek Bisnis di Kawasan IMIP

Sebarkan artikel ini

KABAR LUWUK – Kini Morowali menjadi sentrum ekonomi kerakyatan dengan hadirnya ribuan pelaku usaha lokal maupun pendatang yang jeli memanfaatkan peluang.

Kehadiran Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) memang tak hanya berdampak meningkatkan kesempatan kerja di sektor manufaktur, tapi sekaligus menjadi katalisator dalam pertumbuhan wirausaha di daerah tersebut.

Data Departemen HR PT IMIP pada September 2025 mencatat, ada 86.804 tenaga kerja beraktivitas di dalam kawasan industri ini.

Salah satu pelaku usaha yang menangkap prospek bisnis tersebut adalah Kasmir (29), pemuda asal Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Hobi memasak yang ia tekuni sejak SMP menjadi modal awal membuka rumah makan “Rica” di Keurea, Kecamatan Bahodopi.

Sebelum merintis usaha mandiri, Kasmir sempat bekerja sebagai karyawan di dalam kawasan IMIP sambil menjajakan katering dan aneka kue sebagai sampingan.

Bersama seorang rekannya, ia kemudian membuka kios oleh-oleh di Dusun Tabo, Desa Labota, untuk mengumpulkan modal awal.

Melihat banyaknya bahan baku ikan cakalang di Bahodopi, Kasmir memutuskan mendirikan usaha rumah makan lengkap dengan sajian khasnya.

Wirausahawan Manfaatkan Prospek Bisnis di Kawasan IMIP

Menu yang ditawarkan antara lain rica cakalang, udang dan daging sapi. Keberaniannya beralih profesi dari karyawan menjadi wirausahawan didasari keyakinan bahwa sektor kuliner memiliki prospek menjanjikan.

Berlatar belakang pendidikan sarjana Teknik Industri, ia memanfaatkan pengetahuan perencanaan produk yang pernah dipelajarinya.

Kini, rumah makan Rica mempekerjakan empat karyawan dan menghasilkan omzet lebih dari Rp50 juta per bulan. “Selagi masih muda dan belum ada tanggungan, kenapa takut mencoba. Kalau gagal, masih bisa bangkit lagi,” optimisnya.

Peluang lain juga ditangkap Kadar Usman (65), warga Desa One Ete, Kecamatan Bungku Pesisir. Pada 2010 lalu, jauh sebelum kawasan IMIP berkembang seperti saat ini, ia melihat kebutuhan hunian sementara bagi pendatang yang mulai berdatangan di Bahodopi.

Bermodal hasil penjualan kendaraan pribadi dan pinjaman bank, Kadar membangun penginapan pertamanya di Desa Keurea. Kondisi bangunan di permukiman yang masih beratap rumbia dan berlantai tanah saat itu membuat penginapannya menjadi pilihan bagi calon pekerja dan tamu perusahaan di kawasan IMIP.

Berawal dari 30 kamar yang disewakan bulanan, “Penginapan SKP” kini berkembang menjadi tiga cabang di Keurea dan Kecamatan Bungku Pesisir, dengan total lebih dari 100 kamar.

Rata-rata 30–40 kamar terisi setiap malam, dengan tarif Rp100 ribu hingga Rp 300 ribu. Dalam sebulan, omzet yang diperoleh mencapai Rp100 juta sampai Rp 150 juta.

Wirausahawan Manfaatkan Prospek Bisnis di Kawasan IMIP

Menurut Kadar, lokasi yang dekat dengan kawasan industri membuat tingkat hunian stabil. “Usaha penginapan tidak ada ruginya. Pemasukan dari sewa kamar sudah jadi modal perputaran,” ujarnya.

Ruang kemandirian ekonomi lainnya dilakoni Fitri (29 tahun), pengusaha salon di Keurea. Fitri dan adiknya, Adrian (26), mendirikan usaha “King Mbohu” pada 2022 mengingat belum ada usaha pangkas rambut kala itu.

Adrian tertarik membuka jasa komersial setelah mengantongi sertifikat ahli kapster (cukur dan tata rambut) setahun sebelumnya. Selang tiga tahun, usaha ini meraup untung besar, sehingga dapat menambah cabang dan meningkatkan layanan perawatan rambut dengan tarif Rp60 ribu sampai Rp100 ribu. Jumlah pelanggannya setiap hari antara 30–50 orang yang didominasi karyawan, termasuk TKA asal China.

HIPMI Programkan Pendampingan dan Fasilitasi Usaha

Ketua Dewan Pembina Badan Pengurus Cabang (BPC) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Morowali, Mohammad Sadhak Husain ZA, mengakui, masyarakat di lingkar kawasan IMIP memiliki kepekaan tinggi terhadap peluang bisnis.

Banyak karyawan yang mengembangkan bisnis sampingan seperti pakaian daring, penatu (laundry) hingga kedai kopi. “Tanpa kami edukasi pun, warga sudah punya inisiatif kuat dalam berwirausaha,” kata Sadhak. Motivasi mereka dalam berusaha menunjukkan kemampuan beradaptasi dengan perubahan yang terus berlangsung.

Untuk memerkuat ekosistem UMKM, HIPMI Morowali menjalankan program pendampingan dan fasilitasi usaha. Selain itu, HIPMI berkolaborasi dengan beberapa perusahaan tenant di kawasan IMIP, seperti PT Dexin Steel Indonesia, Cheng Tok Lithium Indonesia, dan Zhongxing Telecommunication Equipment untuk memasok bahan pangan dan kebutuhan usaha lokal. “Kerja sama ini mengacu pada Peraturan Menteri Investasi/Kepala BKPM Nomor 1 Tahun 2022 mengenai kemitraan antara usaha besar dan UMKM di daerah,” sambung Sadhak.

Ke depan, HIPMI Morowali berencana lebih intens melakukan pendampingan, terutama bagi calon pengusaha muda. Mulai dari menggelar lokakarya prospek usaha baru, pelatihan pemasaran digital, hingga edukasi keamanan transaksi daring. (Rls)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *